Mohon tunggu...
abraham raubun
abraham raubun Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Olah raga, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berkunjung ke Negeri Asmat

15 Februari 2024   09:16 Diperbarui: 15 Februari 2024   09:39 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Tanggal 23 Oktober 2017, pkul 10.00 WIT (Waktu Indonesia Bagian Timur), KRI Banjarmasin bernomor lambung 592 mengangkat jangkar. Kapal perang ini bergerak dengan anggun di atas riak air laut Arafuru yang membiru meninggalkan dermaga Pelabuhan Dobo di kepulauan Aru menuju Papua Bagian Selatan.

Anggota rombongan ekspedisi NKRI 2017 Arung Samudera berdiri berjajar rapui di sisi lambung kapal dengan sikap tegap membalas penghormatan anggota TNI-AL dan rombongan pejabat pemerintah daerah yang melepas rombongan di pagi itu. Ini sudah menjadi SOP atau prosedur tetap setiap kali rombongan ekspedisi arung samudera ini datang atau meninggalkan titik Pelabuhan yang disinggahi.

Setelah bergiat di wilayah kota Dobo selama 2 hari, lokasi sasaran yang dituju berikutnya adalah kabupaten Asmat di bagian Selatan Provinsi Papua. Berlayar semalaman, pagi hari KRI Banjarmasin 592 melego jangkar di tengah lautan karena kapal berukuran besar tidak bisa masuk untuk merapatke dermaga Agats. Pasalnya lokasi yang akan dicapai harus melalui sungai yang tidak begitu dalam dan sewaktu-waktu air bisa surut.

Tim kami menjadi rombongan pertama yang diberangkatkan dari kapal. Diangkut dengan 2 LCT (landing Craft Tank) sejenis kapal kecil khusus untuk pendaratan pasukan. Sedangkan komandan kapal kapal dan beberapa staf Kementerian PMK yang mendampingi rombongan selama ekspedisi berlangsung akan menyusul dengan menggunakan helikopter. Kami harus menempuh perjalanan selama 2 jam. Setengah jam mengarungi laut lepas dan satu setengah jam menyusur sungai untuk mencapai dermaga Pelabuhan Agats.

Ibu kota kabupaten Asmat terletak di Agats ini. Nama Asmat juga menjadi nama salah satu suku yang ada di kabupaten ini yaitu suku Asmat yang merupakan penduduk asli kabupaten Asmat. Jumlah penduduk kabupaten Asmat lebih kurang 144.764 jiwa. Suku Asmat ada yang tinggaldi pedalaman di daerah gunungatau daerah berbukit-bukit. Ada juga yang tinggal di pesisir di dataran rendah sepanjang pantai yang tertutup hutan. Populasi pesisir pantai terbagi kedalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sunganiSinesty dan sungai Nin serta suku Simai. Suku Asmat juga terkenal dengan ukir-ukiran kayunya yang unik. Bahasanya beragam, berbeda satu sama lain dalam hal dialek, juga cara hidup, struktur sosial dan ritual.

Kami tiba di dermaga Agats sekitar pukul 10.00 WIT. Hati mulai was-was melihat kondisi wilayah yang begitu kering dan gersang, tidak terlihat satupun kendaraan, hanya motor-motor elektrik berseliweran dan banyak diparkir dipelataran Pelabuhan. Ketika kami menanyakan kepada petugas yang ada di dermaga mengapa tidak ada satupun mobil yang terlihat kami baru tahu kalau memang di kabupaten Asmat ini tidak ada kendaraan berbahan bakar bensin. Tidak heran yang kami lihat hanya motor-motor elektrik yang digunakan untuk alat transportasi di wilayah itu. Akhirnya kami harus mengangkut barang bantuan dan peralatanuntuk melaksanakan kegiatan  dengan menggunakan gerobak kayu dan dibantu oleh penduduk setempat. LCT kembali ke KRI Banjarmasin untuk mengangkut rombongan kedua.

Sekitar pukul 11.00 WIT kami berkumpul di lapangan dekat Pelabuhan. Di sana rombongan Bupati dan masyarakat kecamatan Asmat sudah berkumpul dengan pakaian tradisional lengkap dengan asesorisnya, beberapa dari kaum lelaki bersenjata lengkap panah, parang dan tombak. Teriakan-teriakan dalam bahasa daerah nyaring berkumandang memenuhi angkasa sebagai tanda menyambut para tetamu yang datang. Suasana semakin riuh ketika suara bising helikopter yang datang membawa rombongan komandan kapal meraung mendekati lokasi pendaratan. Upacara adatpun digelar, beberapa pejabat yang datang mendapat kalungan noken task khas suku papua dan hiasan kepala, bantuanpun diserahkan secara simbolik kepada Bupati.

Setelah itu semua tim mulai bergerak menuju masing-masing lokasi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah untuk kami melakukan kegiatan sosial. Di lokasi masyarakat sudah banyak berkumpul menunggu untuk kami layani dan menerima bantuan. Kami tim Kesehatan membuka pos pengobatan dan memasang beberapa tangka air untuk menampung air hujan. Memang air sulit didapat di daerah itu, tidak ada sumber air tanah dan air yang ada adalah air payau dan terasa asin karena bercampur dengan air laut. Untuk minum penduduk harus membeli air dalam kemasan dan untuk keperluan memasak dan mencuci mereka menggunakan air hujan yang ditampung dalam tangka-tangki penampungan air hujan yang dimiliki oleh hampir setiap rumah. Sebagian penduduk juga pergi ke sungai untuk mandi atau mencuci pakaian.

Untuk makan umumnya mereka bercocok tanam menanam umbi-umbian, mencari hewan yang hidup di hutan, sungai atau di rawa-rawa ada ikan, biawak dan sebagainya. Namun dari beberapa penduduk kami mendengar keluhan hutan-hutan mulai banyak berkurang karena sudah beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Mereka tidak dapat lagi berburu atau mencari umbi-umbian yang dulu banyak terdapat di hutan.

Peran gereja Katholik sangat besar. Kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, Pendidikan, Kesehatan dan keagamaan banyak dilakukan. Sungguh penduduk asli hidup dalam keterbatasan ekonomi, hanya pendatang dari provinsi lain seperti Jawa, Sulawesi yang kondisi ekonominya lebih baik karena mereka membuka usaha atau bekerja sebagai pegawai daerah. Kami bergiat sampai sekitar pukul 20.00 WIT. Setelah itu kembali ke dermaga Pelabuhan untuk kembali ke kapal. Namun setelah menunggu lama LCT tidak kunjung datang. Menjelang pukul 22.00 WIT, rombongan baru tiba. Ternyata LCT mengalami musibah, kandas di tengah sungai akibat air sungai yang surut. Akhirnya harus menunggu air sungai pasang untuk dapat bergerak melaju menuju arah dermaga. Rombongan ke dua harus menginap untuk bergiat di pagi hari keesokan harinya. Kami tetap kembali ke kapal dan tiba sekitar pukul 24.00 WIT tengah malam.

Di hari ke dua, pukul 06.00 WIT kamu berangkat kembali menuju Agats. Dua LCT melaju mengangkut rombongan. Kegiatan di hari ke dua  jauh lebih padat karena kami harus bergerak cepat ke beberapa lokasi dengan menggunakan motor-motor elektrik untuk melayani penduduk yang sakit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun