Mohon tunggu...
PPM Satya Rumpaka
PPM Satya Rumpaka Mohon Tunggu... Mahasiswa

Berita acara PPM Satya Rumpaka UIN Salatiga Dusun Plalar, Desa Kopeng, Kec. Getasan, Kab. Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Partai Politik di Era Demokrasi Terpimpin

18 Juni 2024   22:45 Diperbarui: 18 Juni 2024   22:58 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era Demokrasi Terpimpin di Indonesia, yang berlangsung dari tahun 1959 hingga 1965, merupakan masa yang ditandai dengan perubahan besar dalam struktur dan fungsi partai politik. Di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, dinamika politik mengalami transformasi yang signifikan. Berbagai partai harus menyesuaikan diri dengan ideologi Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) yang diperkenalkan oleh Soekarno.

Setelah keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang memberlakukan kembali UUD 1945, Soekarno mulai memperkuat kontrolnya atas sistem politik Indonesia. Demokrasi liberal yang sebelumnya berlaku digantikan oleh Demokrasi Terpimpin, di mana Soekarno memegang kendali penuh dan peran partai politik diubah secara drastis.

Peran dan Fungsi Partai Politik

  • Penyatuan di bawah Nasakom : Soekarno mencetuskan ide Nasakom (Nasionalis, agama. dan komunis) untuk menyatukan partai-partai dengan ideologi yang berbeda. Partai Nasional Indonesia (PNI), Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi pemain utama dalam sistem ini.
  • Pengurangan Peran Parlemen: Dengan pembubaran konstituante dan peran parlemen yang diminimalisasi, partai politik kehilangan kekuatannya sebagai lembaga legislatif dan lebih berfungsi sebagai alat mobilisasi massa.

Transformasi Struktur dan Dinamika Partai

  • Partai Nasional Indonesia (PNI): Sebagai partai yang mewakili nasionalisme, PNI mengalami peningkatan pengaruh di bawah Nasakom, tetapi harus berbagi panggung dengan partai-partai lain yang sebelumnya menjadi rival.
  • Nahdlatul Ulama (NU): Sebagai representasi kelompok agama, NU berusaha menavigasi antara kepentingan religius dan tuntutan politik dari Soekarno. NU sering kali menjadi mediator antara kekuatan nasionalis dan komunis.
  • Partai Komunis Indonesia (PKI): PKI mengalami peningkatan signifikan dalam pengaruh politik, memanfaatkan dukungan dari Soekarno untuk memperkuat posisinya. PKI menjadi kekuatan yang sangat dominan di antara kelompok buruh dan tani, tetapi juga menimbulkan ketegangan dengan militer dan kelompok agama.

Konflik dan Tantangan

  • Persaingan Internal: Meskipun ada upaya untuk menyatukan partai-partai di bawah Nasakom, persaingan dan ketidakpercayaan di antara mereka tetap tinggi. Konflik ideologis antara nasionalis, agama, dan komunis sering kali muncul ke permukaan.
  • Tantangan dari Militer: Militer, yang merasa terancam oleh pengaruh PKI, sering kali menjadi kekuatan oposisi terhadap kebijakan-kebijakan Soekarno yang didukung oleh PKI.

Akhir Era Demokrasi Terpimpin

Ketegangan politik mencapai puncaknya dengan percobaan kudeta Gerakan 30 September 1965, yang diikuti oleh penumpasan besar-besaran terhadap PKI dan pendukungnya. Peristiwa ini menandai akhir dari Demokrasi Terpimpin dan transformasi besar dalam sistem politik Indonesia, dengan beralihnya kekuasaan ke tangan Soeharto dan dimulainya era Orde Baru.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun