Mohon tunggu...
Abioyiq
Abioyiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pegendara Masa

Menulis menyalurkan redundansi agar tak menjadi keruntuhan diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Dua Bungkus Gorengan

31 Oktober 2019   11:42 Diperbarui: 31 Oktober 2019   11:39 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kemarin aku singgah di ruang kebebasan
Di mana si kaya dan si miskin tertawa tanpa jeda
Saat si pandai dan si pandir ditampuk sejajar
Tempat atasan dan bawahan kehilangan status

Tak ada penilaian tentang kain di badan
Jauh dari persangkaan tentang gestur wajah
Minim dari kosakata seputar bentuk tubuh
Melingkar setengah lingkaran dalam pandang 

Bertebaran kata-kata sarat makna di langit-langit
Mengusung aktualisasi manuver politik
Bergeseran istilah-istilah tak awam tentang pertumbuhan ekonomi
Bergerak cepat bagai running text media televisi 

Mengeras urat leher bersanggahan
Sejurus kemudian meledak tawa berjejalan
Mendelik ke semua arah mempertahankan dalil
Sedetik kemudian mendarat telapak di depan perut menahan tawa 

Jika format pembahasan dibatasi dalam jumlah jam
Maka ruang ini telah membuang jauh jam dari dinding
Sejauh rangkaian nada tak harmonis yang merembes dari ventilasi
Menuju telaga tawa pelipur sejuta penat kehidupan

Seluruh peserta rapat selalu hadir dalam perubahan
Sejak Bentuk dan warna rambut hingga isi dompet
Dari ujung kulit kepala hingga tepian kuku jempol kaki
Demi satu hal bergeming dan menolak untuk berganti peran...

Dua bungkus gorengan dan bergelas kopi hitam!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun