Engkau lelah dan tersesat, lalu bertanya kemana
Engkau diam dan bergeming, sejurus kemudian menangis
Engkau hendak berteriak, lalu tercekat
Engkau meredam amarah, menerbitkan rasa mual
Aku luapkan amarah, tapi kepada siapa
Aku berteriak gila, dengan otak waras
Aku berlagak petapa, tapi gagal
Aku tak tahu ada di mana, mungkin aku di rumah
Zaman tengah membentuk mayat hidup
Mereka nampak sehat dan cakap
Berkeliaran tanpa jiwa, tanpa nurani
Berjalan ke arah mana angin membisik
Aku diam saja di sini, dipeluk bisu
Menunggu mereka pergi, berselimut sepi
Menghindar hiruk hedon, menyumbat telinga
Merenung menatap nurani, agar jangan pergi
Kapankah mereka pergi, aku takut
Menahan tubuh dari terjatuh, aku gemetar
Mengurat otak dalam kelam, aku terisak
Mencari siapa tempat mengadu, aku terisak lagi
Aku bersuara dalam hening, siapa mendengar
Aku menangis dalam sunyi, siapa mengusap air mata
Aku sampaikan semuanya, siapa mencatatnya
Aku tak tahu bagaimana lagi, aku separuh gila
Sayup rintihan jiwa manusia lain menyusup
Aku tiada sendiri, aku tiada sendiri
Kutitipkan seluruhnya lewat rintihan
Ia membalas kuat-kuat, Engkau salah alamat kawan
Sampaikan semuanya pada Tuhan
Pada Tuhan yang menciptakan rintihan
Pada Tuhan yang Maha Menyudahi semuanya
Kuatkan bahumu, ini tiada lama lagi