Tentara yang dipecat itu, tambah Asrul lagi, merupakan orang pertama dikampungnya yang mendapat gelar Sersan Mayor (Serma) dibandingkan tentara-tentara lain dikampungnyayang  hanya bersatus dibawah Serma.
Padahal memiliki jabatan Serma semestinya digunakan dengam baik-baik ya? hanya karena perempuan saja, semuanya jadi hancur berantakan.
Sudut pandang rasa berduka dispesialisasikan kepada tentara, sementara perempuan dilaknat sebagai perusak karir seseorang.
Sembari menikmati kopi dalam kesunyian malam. Gumpalan asap rokok dihembuskan ke udara. Pembicaraan ini terasa berdalil patriar,"pikirku sejenak.
Tapi tentara itu sekarang sudah di Kalimantan. Infonya dia sekarang menjadi komandan security di salah satu perusahan tambang yang ada di sana," jelas Asrul.
Biar dia bekas pemecatan, tapi masih memiliki power. Iyato, bekas tentara. Kesatuan mereka kan kuat. Tinggal angkat telepon saja, pekerjaan menghampiri dengan sendirinya. Khususnya di sektor keamanan perusahan," beber Asrul dengan pedenya.
Makanya, ini nasehat ya buat kalian, carilah perempuan yang bergaji semisal lulusan Akademi Perawatan. Kan ada yang jomblo banyak tuh. Apalagi kalau kalian seorang tentara, pasti gampang!," nasehat Bapa Tua Rais.
Saat mereka berdua banyak melontarkan percakapan menyudutkan sepihak. Kesalahan dan kekalahan mulai terasa. Saya menyadarinya. Tapi apa yang mesti saya lakukan. Mereka lebih umuran dibanding saya yang baru kencing menembus tanah.
Disatu sisi membiarkan kata-kata pembenaran tertekan. Sisi lain kekalahan adalah milik saya. Kemenangan patriar milik mereka.
"Ah..sudahlah lupakan saja. Toh, tentara itu semasa aktif di barak juga tidak memberikan kita sepeserpun dari gajinya," tandas saya kepada Asrul dan Bapa tua Rais.
Menghentikan obrolan patriar dan mencari topik lain kayanya lebih seruh. Mumpung dalam bungkusan rokok belum terlihat kosong.