Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Perempuan Bikin Bodoh

16 Agustus 2019   14:39 Diperbarui: 16 Agustus 2019   14:50 17 1
Minggu malam senin, beta, Bapa tua Rais, dan Asrul, tengah bercerita mengenai peristiwa seorang Anggota tentara yang dipecat oleh kesatuannya.
Peristiwa itu sudah beberapa tahun lamanya.

Kami saat itu tidak sendiri, diatas meja kaca yang kami lingkari terdapat 3 cangkir kopi hitam dan 2 bungkus rokok. Ada Sampoerna Mild dan Surya 16 turut serta meramaikan obrolan itu.

Suasana malam di wilayah Bogor jangan ditanya. Merinding kadang-kadang membuat tubuh kotor ini gemetar. Hanya saja kami harus konsis dengan cerita yang tak kungjung usai.

Tentara yang dipecat diceritakan oleh Asrul, karena ulah perempuan. Dalam hal ini lebih jelasnya," perempuanlah biang keroknya peristiwa pemecatan itu".

Bapa tua Rais beranggapan sama dengan Asrul. Perempuan adalah penyebabnya. Saya yang hanya bisa geleng-geleng kepala sambil mendengar, namun bisu untuk berkata apa-apa.

Herannya kedua orang ini adalah status sebagai tentara, kok bisa ya? terjebak dalam pusaran seburuk itu.
"Semacam tidak ada perempuan lain saja. Aneh!," ucap Asrul dengan penuh kesal.

Ia kemudian membandingkan tentara yang di pecat dengan temannya yang juga adalah seorang anggota Polisi. Asrul lalu menunjukan foto polisi tersebut kepada saya dan Bapa tua Rais.

"Ini lihat, teman gua. Polisi dia, banyak cewe tapi tidak sampai ke tingkat pemecatan. Keren to?," kata Asrul sembari menunjukan foto temanya melalui layar Hp miliknya.

Perkataan Asrul, lalu disambut Bapa tua Rais yang sedang mengutik korek api kayu untuk membakar sebatang Surya 16. Iyalah, malam semakin larut dan dingin tak ada belas kasih kehangatan.

"Iyo e, saya juga heran. Kok bisa seperti itu," tandas Bapa Tua Rais dengan wajah kusut keheranan yang dibibir mulutnya terjepit sebatan Surya 16.

Sekali lagi baya bukan bisu dalam berkata. Subjek yang dibicarakan asal muasal penyebab pemecatan tidak begitu saya paham. Sehingga mendengar adalah pilihan paling baik. Toh, bisa dibilang saya peserta tambahan dalam forum juga. Dari segi usia saya masih seumuran jagun dibanding mereka berdua.

Tentara yang dipecat itu, tambah Asrul lagi, merupakan orang pertama dikampungnya yang mendapat gelar Sersan Mayor (Serma) dibandingkan tentara-tentara lain dikampungnyayang  hanya bersatus dibawah Serma.

Padahal memiliki jabatan Serma semestinya digunakan dengam baik-baik ya? hanya karena perempuan saja, semuanya jadi hancur berantakan.

Sudut pandang rasa berduka dispesialisasikan kepada tentara, sementara perempuan dilaknat sebagai perusak karir seseorang.

Sembari menikmati kopi dalam kesunyian malam. Gumpalan asap rokok dihembuskan ke udara. Pembicaraan ini terasa berdalil patriar,"pikirku sejenak.

Tapi tentara itu sekarang sudah di Kalimantan. Infonya dia sekarang menjadi komandan security di salah satu perusahan tambang yang ada di sana," jelas Asrul.

Biar dia bekas pemecatan, tapi masih memiliki power. Iyato, bekas tentara. Kesatuan mereka kan kuat. Tinggal angkat telepon saja, pekerjaan menghampiri dengan sendirinya. Khususnya di sektor keamanan perusahan," beber Asrul dengan pedenya.

Makanya, ini nasehat ya buat kalian, carilah perempuan yang bergaji semisal lulusan Akademi Perawatan. Kan ada yang jomblo banyak tuh. Apalagi kalau kalian seorang tentara, pasti gampang!," nasehat Bapa Tua Rais.

Saat mereka berdua banyak melontarkan percakapan menyudutkan sepihak. Kesalahan dan kekalahan mulai terasa. Saya menyadarinya. Tapi apa yang mesti saya lakukan. Mereka lebih umuran dibanding saya yang baru kencing menembus tanah.

Disatu sisi membiarkan kata-kata pembenaran tertekan. Sisi lain kekalahan adalah milik saya. Kemenangan patriar milik mereka.

"Ah..sudahlah lupakan saja. Toh, tentara itu semasa aktif di barak juga tidak memberikan kita sepeserpun dari gajinya," tandas saya kepada Asrul dan Bapa tua Rais.

Menghentikan obrolan patriar dan mencari topik lain kayanya lebih seruh. Mumpung dalam bungkusan rokok belum terlihat kosong.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun