Mohon tunggu...
AbieLabieba
AbieLabieba Mohon Tunggu... Guru - Belajar sebagai cara hidup

Sekolah Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menghamba pada Murid, Memperkuat Ketidakmerdekaan dan Keterpaksaan?

11 Mei 2023   18:31 Diperbarui: 11 Mei 2023   18:35 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AbieLabiebA design.

2. Secara KBBI, secara sintaksis strukturnya benar dan tepat. Tetapi ingat ada konteks sosial yang melingkupi penggunaan bahasa itu. Perhatikan contoh berikut : Ari adalah murid dari Pak Irfan. Ari ingin bertanya tentang tugasnya, apakah sudah dinilai atau belum. Ari mengatakan begini kepada pak Irfan "Pak, apakah kamu sudah memeriksa tugas saya?". Diksi "kamu" menurut KBBI, benar. Struktur kalimat yang diucapkan oleh Ari, secara sintaksis juga tepat. Tetapi secara psikologi sosial apakah pertanyaan Ari itu benar? Salah Pak, Salah Buk. Itu namanya tidak sopan. Itu melanggar maksim kesopanan. Itu mengapa di dalam kaidah penggunaan bahasa Indonesia, ada syarat kedua selain benar yaitu baik. Kalimat Ari di atas, benar tetapi tidak baik. Mestinya, yang benar dan baik adalah "Apakah Bapak sudah memeriksa tugas saya?". Menurutnya, "menghamba pada murid", merupakan kalimat yang benar tetapi tidak baik. Kalimat itu menciderai arti penghambaan kepada sang Kholik. Dengan begitu, kalimat ini "menghamba pada murid", menurutnya cacat.  Selain itu, dia juga memberikan contoh yang ekstrem sebagaimana kalimat berikut "Kuda makan batu". Secara KBBI kuda (baku), makan (baku), batu (baku). Secara sintaksis, benar yaitu "kuda (subjek), makan (predikat), batu (objek)". Tetapi secara "akal" kalimat ini salah.

Dari beberapa argumentasi di atas, saya akan memberikan beberapa alasan dan kritik yang sama dalam rangka memperkuat argumentasi di atas terhadap istilah ini sebagai berikut :

1. Konotasi negatif: Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, istilah "menghamba" pada apapun dapat memiliki konotasi negatif, yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau interpretasi yang salah. Penggunaan istilah yang tepat dan tidak ambigu akan membantu mencegah interpretasi yang salah dan kesalahpahaman.

2. Keterbatasan dalam menerapkan pendekatan yang lebih seimbang dan berorientasi pada siswa: Meskipun kurikulum merdeka menekankan pada pendekatan pendidikan yang berorientasi pada siswa, istilah "menghamba pada murid" dapat menimbulkan kesan bahwa siswa berada dalam posisi yang lebih dominan, sementara guru berada dalam posisi yang lebih pasif. Sebagai gantinya, pendekatan yang lebih seimbang dan berorientasi pada siswa memerlukan kolaborasi yang efektif antara guru dan siswa, sehingga pendidikan dapat berlangsung secara efektif.

3. Tidak tepat dalam menggambarkan peran guru: Peran guru dalam pendidikan tidak hanya sebagai fasilitator atau mentor, tetapi juga sebagai pemimpin dalam mengarahkan dan memfasilitasi pembelajaran siswa. Guru juga bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman yang tepat dan mendalam mengenai materi pelajaran, memberikan umpan balik yang konstruktif dan membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam pembelajaran.

Berikut masukan saya terhadap istilah ini setidaknya dapat menjadi rekomendasi dalam memilih istilah yang lebih tepat untuk menggantikan diksi "menghamba pada murid" dalam dunia pendidikan. Istilah ini adalah diksi yang secara pribadi, saya sependapat dengan apa yang telah diungkapkan sahabat saya di atas. Sehingga istilah ini bisa kembali sebagaimana filosofi aslinya yaitu "Memuliakan Murid" dengan beberapa alasan yang sesuai dengan konteks dan maknanya dalam dunia pendidikan.

Dalam hal ini, perlu untuk memperjelas makna dan konteks penggunaan istilah "menghamba pada murid" dalam Kurikulum Merdeka, dan menekankan pada pentingnya kolaborasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai gantinya, istilah yang lebih tepat dan relevan untuk menjelaskan pendekatan pendidikan yang berorientasi pada siswa adalah "memberdayakan siswa" atau "mendorong kemandirian siswa" atau istilah lain yang lebih positif dan mencerminkan kolaborasi antara guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar. Berikut penjelasan saya terhadap beberapa rekomendasi istilah di atas :

1. Memberdayakan siswa: Istilah ini mencerminkan pendekatan pendidikan yang berorientasi pada siswa dan memperkuat kemandirian siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam konteks ini, guru berperan sebagai fasilitator atau mentor, membantu siswa dalam menemukan potensi mereka dan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan.

2. Mendukung kemandirian siswa: Istilah ini mencerminkan pentingnya memberikan siswa kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran dan mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Dalam konteks ini, guru membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan kemampuan untuk belajar secara mandiri dan mengambil keputusan yang tepat dalam proses pembelajaran.

3. Mendorong kolaborasi antara guru dan siswa: Istilah ini mencerminkan pentingnya kolaborasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran, di mana guru dan siswa saling berinteraksi, saling mendukung, dan saling belajar satu sama lain. Dalam konteks ini, guru dan siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan keterampilan sosial dan emosional.

Dalam hal ini, penting untuk memilih istilah yang tepat dan mencerminkan pendekatan pendidikan yang seimbang dan berorientasi pada siswa, di mana guru dan siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan potensi siswa secara maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun