Mohon tunggu...
AbieLabieba
AbieLabieba Mohon Tunggu... Guru - Belajar sebagai cara hidup

Sekolah Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Produktivitas Tindakan dari Kesadaran Mekanis Menuju Otonom

2 Mei 2021   06:15 Diperbarui: 2 Mei 2021   06:33 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam diskusi tersebut beberapa kawan mulai memberikan pendapat tentang banyak hal dari sekian pengalaman bacaan masing-masing. Amanda Palmer, seorang penyanyi terkenal, misalnya, berlatih membangun willpower dan konsentrasi dengan cara aneh: berdiri bagaikan patung tidak bergerak masing-masing selama 90 menit beberapa kali dalam sehari dan hampir setiap hari di Harvard Square selama 6 tahun! Atau seorang stuntman David Blaine yang berlatih dengan cara sangat berbahaya: berdiri di atas pilar sebuah gedung lantai 8 dan mampu melakukannya selama 35 jam.

Tentu saja, jika David Blaine lalai sedikit saja, akan berisiko jatuh dan meninggal. Ada juga teknik yang lebih mudah dan tidak beresiko, seperti melakukan meditasi dengan cara menghitung setiap nafas dari 1 sampai 10, dan diulangi lagi berkali-kali dengan durasi waktu tertentu dan harus dilakukan secara rutin setiap hari. Teknik meditasi (disebut: one pointed meditation) dengan berbagai varian sekarang ini umum dipraktikkan termasuk oleh para ahli psikologi di dunia barat.

Hasil dari latihan-latihan seperti di atas beragam, ada yang berhasil dan sangat membantu mengatasi psychic disorder yang di alami, namun ada juga yang masih mengeluhkan masih munculnya pengalaman distortif lama justru tatkala sedang berlatih membangun konsentrasi. Walhasil hingga kini belum ditemukan cara belajar yang ideal (murah dan mudah) yang menjamin keberhasilan yang relatif telah diterima mayoritas para ahli.

Di sini saya hanya bisa menjawab dengan cerita empirik dari orang orang biasa yang mengalami fenomena yang dalam kajian ilmu psikologi disebut inattentional blindness, yaitu adanya kebutaan (persepsi) karena tiadanya perhatian.

Ceritanya begini; Dalam sebuah eksperimen sejumlah orang diminta memperhatikan sebuah permainan bola basket dan mereka diminta menghitung berapa kali perpindahan bola terjadi dari satu pemain ke pemain lain dalam durasi tertentu. Di tengah tengah permainan berlansung, seseorang tinggi besar masuk lapangan dengan kostum gorila dan menari-nari di dalamnya. 

Setelah permainan selesai, setiap individu (penonton) ditanya: siapa yang melihat gorila selama permainan? Hasilnya menarik: kira kira 25% dari mereka mengaku tidak melihat gorila sama sekali. Eksperimen seperti ini dengan berbagai varian telah dilakukan dengan hasil yang kurang lebih sama. 

Apa artinya fenomena ini? Kenapa sebagian besar (75%) penonton justru melihat gorilla, sedangkan 25% tidak melihatnya? jawabannya bersifat truism atau kebenaran naluri: anda tidak bisa melihat apa yang anda tidak lihat. Ini sebuah kebutaan. Karena seseorang tidak memiliki perhatian pada stimulus (gorila), maka mereka tidak melihat adanya gorila. 

Fenomena ini disebut inattentional blindness yang dialami 25% peserta. Yang menarik adalah kesimpulan dari fenomena ini, yaitu: Pertama, tidak ada persepsi tanpa atensi. Sekalipun ada stimulus di retina mata tetapi bila anda tidak memberikannya perhatian maka yang terjadi adalah: you are looking but not seeing. Ini murni operasi mesin. 

Kedua, kenapa fenomena inattentional blindness ada? Kenapa 75% dari penonton tidak mengalaminya dan hanya 25% yang mengalaminya?, maka kita akan mendapatkan jawaban dari makna lain dari kesimpulan yang sama: persepsi muncul karena adanya atensi. 25% subyek tidak melihat gorila karena mereka memberikan atensi penuh pada sesuatu yang lain: pergerakan bola dari satu ke yang lainnya. Mereka begitu tenggelam dalam kegiatan ini sehingga tidak menyadari ada sesuatu yang lain sedang terjadi. Karena mereka hanya memberikan perhatian penuh pada x, mereka abai (lalai) atau buta pada y. 

Kenapa hanya 25%? Karena hanya sebanyak inilah rata rata orang yang setiap harinya hidup dalam penuh perhatian: hidup menggunakan sebahagian besar waktu efektif mereka untuk bekerja sungguh-sungguh dengan penuh perhatian. Bagaimana dengan yang 75%? Inilah kelompok yang mengalami attention disorder. Demikian pula kasus-kasus yang ada di dunia pendidikan; Dari rumah berangkat untuk sekolah, ketika berada di sekolah, hati mulai gelisah, fikiran berkembang ke mana mana, waktu belajar di sekolah terasa lama sekali; atensi pertama-tama pada x, kemudian pada y, kemudian pada z, dan seterusnya.

Di sini, karena atensi tidak digunakan, maka mesin atau otak dibiarkan bekerja sendiri sehingga melahirkan struktur psikis tertentu yang nantinya berfungsi dengan efektif mengganggu atau membelokkan perhatian dan konsentrasi di setiap kita melakukan tugas-tugas penting di ranah aktivitas. Dengan kata lain, membiarkan kegiatan-kegiatan tanpa atensi kesadaran, sama dengan sedang memelihara berbagai jenis pengganggu dan penghambat dari lahirnya kegiatan-kegiatan yang produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun