Mohon tunggu...
Hilmie Abedillah
Hilmie Abedillah Mohon Tunggu...

Biographical Info is available now

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jangan Lupakan Teman Lama

23 Agustus 2013   11:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:55 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13772314321427944980

Saya adalah mahasiswa anyaran, yang baru saja meninggalkan bangku sekolah menengah. Tidak hanya bangkunya saja, saya pun juga berpisah dengan teman-teman saya. Saya masih ingat, ketika masih bersama mereka, rasanya nyaman dan ingin berjumpa kembali bersama-sama. Sayangnya, waktu dan takdir tidak bisa diajak kompromi. Lalu saya sadar, mereka bukan segala-galanya. Tapi mereka tetap yang terpenting.

Ketika baru-barunya masuk di perguruan tinggi saya yang baru, rasanya saya masih kurang nyaman dan masih perlu banyak beradaptasi. Karena itulah, saya jadi teringat dengan keluarga saya di rumah, teringat dengan teman-teman saya di sekolah.

Perpisahan adalah suatu kepastian. Tapi, jangan sekali-kali melupakan teman yang pernah kita pergauli dahulu,karena teman tetaplah teman. Mereka bermanfaat bagi kita. Entah di hari yang akan datang, kita menemukan mereka kembali, mereka bisa jadi menjadi rkan kerja kita, rekan bisnis, bahkan besan.

Jangan sekali-kali melupakan teman lama yang baik. Karena teman lama yang baik, akan menjadi teman kita lagi di waktu lain dengan sikap yang baik juga. Nampaknya, melupakan mereka adalah suatu kerugian. Mungkin kita masih ingat, apa canda tawa mereka di kelas. Mungkin kita masih ingat, siapa teman kita yang paling sering diejek di kelas. Mungkin kita masih ingat, ketika kita bersama teman-teman dihukum oleh Bapak Guru karena tidak mengerjakan tugas. Mungkin kita masih ingat, pelajaran yang kita pelajari di sekolah. Mungkin kita juga masih ingat, ketika salah satu teman kita ulang tahun diceburkan ke dalam bak mandi, dan pulang basah kuyup.

Nampaknya ingatan-ingatan itu masih peka di benak saya. Hingga akhirnya, saya pun ingin sekali bertemu mereka kembali. Dalam sebuah kelas, dan memakai seragam sekolah. Beberapa di antara mereka tidur di atas bangku, dan dibiarkan oleh guru saya. Dan sesekali di antara mereka ijin keluar ke belakang untuk hanya sekedar membasuh muka. Rasanya ingin menangis, jika mengingat peristiwa-peristiwa itu kembali.

Sedangkan teman baru, yang kini bersama saya, terkesan dengan kehidupan orang dewasa, kehidupan kota, kehidupan “nggaya”. Walaupun saya mungkin juga begitu, tapi erat dengan mereka itu sepertinya lebih sulit. Tak ada guyonan-guyonan yang “over-dosis” seperti zaman dulu.

Teman baru mungkin saya temui dengan keadaan tiba-tiba sudah pintar. Dan saya tidak tahu bagaimana mereka memperoleh ilmu. Mungkin meraka (teman baru) bisa juga kita jadikan rekan bisnis, rekan diskusi secara instan. Tanpa adanya saling tanya tentang ilmu antara saya dan mereka. Teman baru memang bisa memberi kita inspirasi yang lebih banyak dibanding teman lama. Karena kita menemukan mereka dalam keadaan dewasa, dengan segala tingkah laku dan kepandaiannya.

Namun saya harus tetap ingat, kalau teman lama itu lebih baik daripada teman baru. Meminjam dari status facebook teman lama saya M. Miftakhul Albab, “Teman lama adalah emas, dan teman baru adalah perak. Jika engkau memperoleh teman baru, jangan sekali-kali melupakan teman lama. Karena teman lama lebih berharga dari teman baru”.

Salam teman lama,

-- Hilmie Abedillah --

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun