Mohon tunggu...
ABDURROFI ABDULLAH AZZAM
ABDURROFI ABDULLAH AZZAM Mohon Tunggu... Ilmuwan - Intelektual Muda, Cendikiawan Pandai, Dan Cinta Indonesia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jangan pernah lelah mencintai Indonesia dan mendukung Indonesia bersama Abdurrofi menjadikan indonesia negara superior di dunia. Email Admin : axelmanajemen@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manusia yang Berhati Tanah, Bagian dari Pendidikan Karakter

7 Juli 2020   09:29 Diperbarui: 7 Juli 2020   13:41 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Pendidikan Karakter di Indonesia Berdasarkan Filosofi Tanah | Abdurrofi Abdullah

Manusia pertamakali diciptakan dari tanah, Namun generasi selanjutnya hingga saat ini bersifat seperti bukan tanah dengan sombongnya mengaku paling hebat dan berpengaruh. 

Kami kagum dengan Abdurrofi yang berhati tanah, dengan kerendahan hati tumbuh rasa hormat kami beserta gagasannya mengenai pendidikan karakter berdasarkan filosofi tanah. Ibarat tanah berasal dari pelapukan batuan, itulah kami yang berhati batu luluh karena kami ingin menjadi Mr.Axel atau Abdurrofi’s Excellent. Pendidikan karakter untuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang kolaboratif dengan filosofi tanah sebagai berikut:

1. Definisi manusia berhati tanah

Berdasarkan Dosen Universitas Udayana, Ir. Ni Gusti Ketut Roni, M.Si menjelaskan media tumbuh atau media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda. [1] 

Manusia berhati tanah adalah seseorang manusia yang berpengetahuan namun tetap terbuka pada saran dan masukan sehingga menjadi media tumbuh atau media tanam kebaikan secara kolektif dengan komponen utama kebijaksanaan.

a. Kualitas SDM persepektif manusia berhati tanah

Kualitas tanah menurut (Juarti : 2016) adalah kapasitas tanah yang berfungsi mempertahankan produktivitas tanaman, mempertahankan dan menjaga ketersediaan air serta mendukung kegiatan manusia. Kualitas tanah yang baik akan mendukung kerja  fungsi tanah sebagai media pertumbuhan tanaman.[2] 

Begitu juga kapasitas orang yang berhati tanah, Kelebihan orang-orang berhati tanah dibanding orang-orang berhati bukan tanah karena tanah di era reformasi menjadi tugas ringan sekarang ini di kota-kota besar dengan kualitas pendidikan bagus dan di kota-kota kecil dengan kualitas budaya kental. 

Maka, Kualitas SDM persepektif manusia berhati tanah menurut Abdurrofi adalah kapasitas manusia yang berfungsi mempertahankan produktivitas dengan  menjaga religius, nasionalis, integritas, mandiri dan gotong royong  pada kehidupan sosial.

Foto: Pengembangan Nilai-Nilai Karakter 2020 | Abdurrofi Abdullah Azzam
Foto: Pengembangan Nilai-Nilai Karakter 2020 | Abdurrofi Abdullah Azzam

b. Pendidikan karakter dalam kapasitas olah hati

Pendidikan karakter sebagai program untuk mengelola kapasitas karakter terutama kapasitas hati tidak menggunakan biaya yang besar, namun orang-orang berhati tanah memiliki nilai besar dan mereka begitu berharga karena dapat mengatur ketersediaan emosi dengan filter dari kontaminan sebagai lebih kuat dalam ditengah masyarakat. Pengembagangan nilai-nilai karakter menurut Ki Hajar Dewantara melalui Olah Hati (Etika), Olah Pikir (Literasi), Olah Raga (Kinestetik) dan Olah Karsa (Estetika).

"Saya tidak merasa memiliki harta melimpah, Saya tidak merasa  memiliki jabatan tinggi, dan saya merasa tidak memiliki gelar tinggi. Saya miliki adalah kerendahan hati, bila mereka memandang saya tidak berharga, maka mereka menginjaknya seperti tanah, namun kenyataanya banyak menggunakan keahlian saya dan memperhatikannya. Disini saya sangat bersyukur."[3] Secara langsung hati akan ikut menunjukan status si individu pemilik hati bersifat tanah tersebut melalui pengembagangan nilai-nilai karakter dalam lembaga pendidikan.

2. Transformasi Menuju Manusia Yang Berhati Tanah 

Transformasi menuju manusia yang berhati tanah melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter membantu keinginan manusia untuk melakukan transformasi manusia yang hati batu menjadi manusia yang tanah yang luas membuat individu-individu dalam masyarakat melakukan berbagai cara agar mereka memiliki tanah yang luas melalui perubahan pertemanan di dunia pendidikan. 

Pada tahun 2020, Peraturan-peraturan dan norma-norma serta pendidikan yang tidak mengatur tentang manusia harus hati tanah namun keinginan mereka untuk memiliki karakter manusia harus hati yang luas dapat tercapai. Pendekatan ini mungkin dianggap konservatif baik dalam hal afiliasi pendidikan dari mereka yang paling mungkin untuk menghasilkan wacana ini sesuai kultur di Indonesia agar mudah diterima masyarakat.

Konsisten dengan teori transformasi ini,berdasarkan penemuan (Peter&Joel : 2020)  telah menemukan bahwa wacana mewakili dua ideologi yang berbeda di Amerika Serikat. Negara-negara bagian selatan menentukan pendekatan mereka untuk pendidikan karakter pada serangkaian wacana terkait yang memposisikan orang dewasa dan orang muda dalam hubungan otoriter. 

Orang dewasa yang bermoral membimbing siswa secara individu menuju perilaku berbudi luhur yang telah lama hilang dalam masyarakat AS yang semakin kasar dan vulgar. Masyarakat ini telah berkontribusi pada kenakalan moral setiap siswa yang nilainya harus dipulihkan oleh pendidikan karakter. Perkembangan moral anak muda dengan pendekatan ini mungkin disebut  konservatif yang menjadi regulasi pemerintah negara-negara bagian selatan di Amerika.[4]

Dalam bentuknya yang paling ekstrem, orang konservatif bersikap mempertahankan keadaan dengan pendekatan konservatif lebih mudah di Indonesia. Kebijakan baru yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat dapat terdapat penolakan yang mengarah pada pembatalan karakter. 

Oleh karena itu  undang-undang nasional yang oleh para pemimpin  Indonesia dari suku jawa  dianggap tidak bertentangan dengan budaya daerah mereka karena secara historis undang-undang yang mendukung integrasi ras-ras di semua segi kehidupan bisa diakomodir sebagai pendidikan karakter dengan tujuan kepentingan nasional bila menjadi pemimpin oleh orang yang lahir dipulau Jawa seperti Agenda Abdurrofi. Contoh saat ini dari ketegangan opsi ini datang dari negara bagian Texas atas pertanyaan apakah kota atau negara harus membuat kebijakan lokal mengenai pendidikan yang paling relevan sesuai kondisi masyarakat negara bagian Texas.

a. Transformasi kehidupan yang lebih sejahtera

Transformasi kehidupan sejahtera sebagai keinginan manusia untuk memiliki karakter manusia harus hati yang luas dapat tercapai, Manusia berhati tanah sangat mudah mendapatkan rezeki dan diajak bisnis sehingga karakter ini membuat manusia tidak kekurangan benda ekonomis. 

Menurut (Fernandes & Supsiloani : 2016) Ditinjau dari sudut ekonomi tanah merupakan benda ekonomis terkait dengan adanya ketergantungam masyarakat terutama bagi masyarakat yang bermata pencahariannya sebagai petani. Bagi masyarakat Desa Lumban Suhisuhi Dolok, bertani merupakan mata pencaharian utama. Tanah merupakan lahan bagi mereka untuk bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan pangannya.[5]

 Olah Hati (Etika), Olah Pikir (Literasi), Olah Raga (Kinestetik) dan Olah Karsa (Estetika) ibarat petani yang di Desa Lumban Suhisuhi Dolok agar untuk bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan manusia terhadapa kemakmuran dan kesejahteraan. Kemampuan untuk mengelola tanah yang luas dalam interaksi masyarakat maka seorang individu akan dianggap memiliki kekuasaannya dengan penerimaan masyarakat. Dengan manusia memiliki sifat tanah yang luas, seorang manusia akan memiliki wewenang yang lebih besar daripada individu yang tidak memiliki tanah yang luas dan secara langsung akanmampu menaikan status di dalam masyarakat.

b. Transformasi SDM menjadi sumber solusi

Transformasi SDM menjadi solusi karena manusia yang berhati tanah mampu menghadapi air. Air merupakan lambang kehidupan dan kematian  karena air menjadikan segala sesuatu hidup dan air juga menjadikan segala sesuatu mati dengan bencana air. Menurut Ir. Ni Gusti Ketut Roni, M.Si menjelaskan Air dapat hilang melalui permukaan tanah maupun melalui peresapan kedalam tanah. Mudah tidaknya air hilang dari tanah menentukan klas drainase tanah. Penentuan klas drainase di lapang dengan melihat adanya gejala-gejala pengaruh air dalam penampang tanah. [6]

Manusia yang 'berhati tanah' mampu menerima kehidupan dan melawati kematian. Manusia yang 'berhati tanah' mampu menghilangkan musibah mejadi berkah.   Mudah tidaknya musibah  hilang dari tanah menentukan klas manusia yang berhati tanah. Reaksi timbal balik terhadap musibah dan berkah menunjukkan sifat sifat hati  tanah. Oleh karena itu, untuk memudahkan menyebut nilai-nilai manusia yang 'berhati tanah' dengan kandungan unsur kesombongan rendah atau tidak ada sama sekali.

Gagasan yang disampaikan Abdurrofi dalam seminar Filosofi Tanah dalam Pendidikan Karakter. Tahukah kamu ternyata, Abdurrofi Abdullah Azzam memiliki shio macan tanah karena kelahiran 1998. Dalam budaya Cina, macan rendah hati dipandang sebagai penjaga anak-anak macan yang  paling baik.

Begitu juga dalam bisnis, keluarga, dan organisasi negara. Karena Shio macan adalah orang yang berani dan aktif yang menyukai tantangan dan petualangan yang baik dalam mencapai kualitas hidup sebagai manusia yang 'berhati tanah'. [7] Hiduplah dengan ramah, seperti kucing kecil. Namun, mereka menjaga cakarnya tetap tajam untuk berjaga-jaga seperti macan.

c. Transformasi menjadi SDM Ceria

Transformasi menjadi SDM ceria ins epistemologis menjadi mereka  berseri-seri terlihat daru raut  muka, yang menggambarkan hati yang bersinar bersinar dan cerah. Mereka mungkin juga melayani prinsip-prinsip  Olah Hati (Etika), Olah Pikir (Literasi), Olah Raga (Kinestetik) dan Olah Karsa (Estetika) dengan terbuka untuk membiarkan memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu dengan tujuan bagi kemanusiaan dalam sejarah persatuan anak cucu nabi Adam sebagai manusia yang pertama kali diciptakan Tuhan dari tanah. Cara orang yang ceria memandang dunia adala setara dari latarbelakang apapun identitasnya.

Ilustrasi prinsip ini  (Colin : 2006) adalah keceriaan pada disposisi yang ceria berdasarkan kecenderungan, baik dari konstitusi kebiasaan, untuk tinggal bersama di sisi yang lebih cerah baik saat ini dan di masa depan. Keceriaan melibatkan keterlibatan banyak orang, dengan kata lain, penyaringan selektif oleh  kesamaan dengan proses mengidealkan kemanusiaan. Setiap aspek, apakah menyenangkan atau menjijikkan dari setiap masalah kemanusiaan, maka aspek harus menempati tempat yang persis sama dalam gambaran manusia yang sebenarnya sesuai dengan kenyataan, dan karenanya Seharusnya memenuhi alasan pendidikan (karakter) yang disengaja sebagai disposisi ceria.[8]

Dengan demikian, gagasannya mengenai pendidikan karakter berdasarkan filosofi tanah oleh Abdurrofi Abdullah Azzam merubah masyarakat yang bodoh menjadi masyarakat cerdas. Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan cerdas secara keseluruhan pada generasi muda berbeda dengan kelebihan dan latarbelakang berbeda pula. 

Pendidikan karakter sebagai kendaraan sama untuk memberdayakan generasi muda yang berbeda untuk merefleksikan keadaan dan perilaku mereka sebagai manusia yang berhati tanah dan mendapatkan kode moral untuk mengaturnya. Memahami perspektif pluralistik dari anggota masyarakat yang beragam sangat penting untuk mengembangkan pemahaman yang komprehensif tentang apa yang membentuk karakter yang baik. Karakter yang baik dicermin dari cara membuat atau mengangkat manusia menjadi lebih manusiawi. 

Referensi

[1] Ni Gusti Ketut Roni.2015. Bahan Ajar : Tanah Sebagai Media Tumbuh. Universitas Udayana. Hlm 3. Diakses pada 6 Juli 2020. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/0a4a37b4449ce9b5b9074124080f2e88.pdf

[2]  Juarti. 2016. Analisis Indeks Kualitas Tanah Andisol Pada          Berbagai Penggunaan Lahan Di Desa Sumber Brantas Kota Batu. Jurnal Pendidikan Geografi. Hlm 58. Diakses pada 6 Juli 2020. http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikangeografi/index

 [3] Abdurrofi Abdullah Azzam.  Seminar Filosofi Tanah dalam Pendidikan Karakter. Wawancara pada 6 Juli 2015.

[4]Peter Smagorinsky & Joel Taxel. 2005. The Discourse of Character Education:Culture Wars in the Classroom. New York : Routledge. Hlm 122

[5] Fernandes Sinaga dan Supsiloani. 2016  Fungsi Tanah danKaitannya dengan Konflik Tanah pada Masyarakat Batak Toba. Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya. Hlm 20. Diakses pada 6 Juli 2020. http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos

[6] Ni Gusti Ketut Roni.2015. Bahan Ajar : Tanah Sebagai Media Tumbuh. Universitas Udayana. Hlm 14. Diakses pada 6 Juli 2020. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/0a4a37b4449ce9b5b9074124080f2e88.pdf

[7] Abdurrofi Abdullah Azzam.2020. Abdurrofi sebagai Shio Macan Tanah di Tahun 2020 (Shio Tikus). Diakses pada 6 Juli 2020 dari Kompasiana.com https://www.kompasiana.com/abdurrofiabdullah/5efc492d097f3639c40e66e2/abdurrofi-sebagai-shio-macan-tanah-di-tahun-2020-shio-tikus

[8 ] Colin Heydt. 2006. Rethinking Mill's Ethics: Character and Aesthetic Education. London : Continuum International Publishing. Hlm 98.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun