Perubahan Haluan yang Bersejarah
Dalam Sidang Paripurna DPR, Selasa 23 September, sebuah keputusan penting diambil yang bisa disebut sebagai salah satu titik balik dalam sejarah kebijakan ekonomi Indonesia. Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama pemerintah menyepakati perubahan arah strategi pembangunan jangka menengah. Jika sebelumnya Indonesia cenderung bertumpu pada strategi pertumbuhan berbasis utang atau debt-led growth strategy, kini haluan itu akan digantikan dengan pendekatan berbasis pendapatan atau revenue-based growth strategy.
Ketua Banggar DPR, Said Abdullah, menyebut bahwa perubahan haluan ini akan berimplikasi besar pada disiplin fiskal negara. Pemerintah diminta segera merancang peta jalan pengelolaan utang yang lebih terukur, dengan tujuan jangka panjang menuju balance budget dalam APBN.
Utang: Instrumen Akselerasi yang Sarat Risiko
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menambahkan dimensi lain. Menurutnya, kebijakan utang tetap tidak bisa sepenuhnya ditinggalkan, melainkan harus dilakukan secara bijak dan countercyclical. Artinya, pada saat ekonomi melemah, pemerintah masih bisa menggunakan utang untuk menstimulasi pertumbuhan, tetapi pada saat ekonomi menguat, tambahan utang tidak lagi perlu dipaksakan. Pendekatan ini seolah menjadi kompromi realistis: tidak sepenuhnya meninggalkan utang, tetapi mengurangi ketergantungan dan menata ulang prioritas.
Selama dua dekade terakhir, Indonesia relatif berhati-hati dalam mengubah pola pertumbuhan. Ketergantungan pada utang dianggap jalan pintas untuk menjaga likuiditas dan membiayai pembangunan infrastruktur, tetapi risikonya jelas: beban pembayaran bunga dan cicilan yang terus menumpuk. Di era globalisasi finansial, tekanan eksternal pun hadir: langkah yang terlalu berani meninggalkan utang bisa menimbulkan kekhawatiran pasar internasional, bahkan memicu tekanan dari lembaga seperti IMF atau WTO.
Menguatnya Kepercayaan Diri di Era Multipolar
Namun, perubahan iklim geopolitik dan geostrategi ekonomi dunia memberi ruang yang lebih luas. Krisis keuangan global, pandemi, hingga disrupsi rantai pasok membuat banyak negara berani menegosiasikan ulang doktrin lama. Dunia multipolar, munculnya blok ekonomi baru, serta berkembangnya teknologi finansial membuat negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, semakin percaya diri untuk menyeimbangkan kebijakan antara kepentingan makro dan mikro.
Dua Mazhab Pertumbuhan: Utang vs Pendapatan
Secara metodologis, debt-led growth dan revenue-based growth berangkat dari basis teori yang berbeda. Pendekatan utang mengandalkan injeksi eksternal sebagai akselerator: utang dipakai untuk membiayai proyek strategis dengan harapan memicu pertumbuhan jangka panjang. Risikonya, jika pertumbuhan tak tercapai, utang berubah menjadi beban.