Tapi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menolak lembut tapi tegas:
"Kalau waktu untung BUMN yang makan, kenapa giliran rugi APBN yang bayar?"
Danantara: Bendahara Raksasa di Tengah Arus Uang
Di tengah kebingungan itu, muncullah Danantara, bendahara besar keluarga BUMN.
Ibarat franchise manager, Danantara mengatur setoran keuntungan dari ratusan "warung" milik negara.
Purbaya berargumen sederhana:
"Kalau waktu untung dividen disetor ke Danantara, ya waktu rugi biarlah Danantara dulu yang menutup. Jangan langsung minta APBN."
Tapi di sinilah persoalan baru muncul.
Di mana uang berkumpul dan mengalir, di situ godaan juga datang.
Danantara kini seperti Bendungan Jatiluhur fiskal --- menampung aliran dana raksasa dari berbagai sumber.
Uang BUMN yang dulu tercecer di banyak kanal, kini dikumpulkan jadi satu waduk besar.
Tujuannya efisiensi, tapi risikonya:
kalau pintu airnya bocor, banjirnya bisa ke mana-mana.
Sebab, di mana ada bendungan uang, di situ ada peluang:
dari pengaturan proyek, pinjaman, hingga dividen yang bisa "tersesat di tengah arus."
Singkatnya:
"Kalau dulu proyek rawan bocor di hilir, sekarang bisa bocor di hulu --- dan lebih besar volumenya."
Antara Ide Baik dan Bahaya Baru