Oleh: H. Abdul Wahid Azar, S.H., M.H.Pengurus Pusat IPHI / Ketua IPHI Peduli Stunting
Bayangkan ini.
Di tengah wukuf di Arafah, seorang jamaah haji Indonesia menyempurnakan ibadahnya. Setelah thawaf dan sa'i, ia bersiap melaksanakan satu kewajiban lagi: menyembelih seekor kambing sebagai Dam Tamattu'. Hewan itu dipotong secara syar'i, di Tanah Haram yang suci. Niatnya lillahi ta'ala.
Namun, di kampung halamannya---ribuan kilometer dari Mekkah---anak-anaknya makan nasi tanpa lauk. Di posyandu terdekat, berat badan mereka tak kunjung naik. Tubuh kecil, daya tahan rendah, dan kemampuan belajarnya jauh tertinggal.
Satu ibadah selesai. Tapi satu generasi sedang gagal tumbuh.
Dua Angka yang Tak Bisa Diabaikan
Hari ini, kita menghadapi realitas yang harus mengetuk hati dan akal kita:
Sekitar 21 juta penduduk Indonesia mengalami kekurangan gizi, menurut Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) oleh BPS tahun 2022.
1 dari setiap 5 anak Indonesia (21,5%) mengalami stunting, menurut BKKBN tahun 2025.
Ini bukan sekadar statistik. Ini adalah wajah masa depan bangsa yang perlahan meredup.
220 Ribu Jamaah = 220 Ribu Kambing = 220 Ribu Peluang