Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Revolusi PDKT di Zaman Story dan Stiker WA

28 Juli 2025   05:24 Diperbarui: 28 Juli 2025   05:24 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ekpresi cinta era digital ( Foto : Pexels.com)

Dulu Surat, Sekarang Story

Lima puluh tahun lalu, pendekatan cinta adalah seni yang rumit. Cinta dikirim lewat surat berwarna merah jambu, ditulis tangan dengan pulpen tinta biru, dilipat hati-hati, diberi parfum, dan diselipkan lewat teman sekelas. Kalimatnya penuh drama, puitis, dan kadang sedikit norak---tapi tulus. Ada rasa malu, deg-degan, dan waktu tunggu berhari-hari hanya untuk sebuah balasan.

Sekarang? Cukup dengan satu story lagu galau, atau stiker WA bergambar kucing memeluk bantal. Dunia tahu kamu sedang jatuh cinta... atau baru saja patah hati. Pergaulan kini tak hanya berubah, tapi juga transparan: dari siapa yang single, siapa yang sedang PDKT, hingga siapa yang diam-diam bucin di kafe.

PDKT sebagai Panggung Digital

Dalam teorinya, sosiolog Erving Goffman menyebut kehidupan sosial sebagai panggung. Di masa kini, panggung itu adalah Instagram, WhatsApp, TikTok, bahkan status Spotify. Kita tak lagi menyampaikan cinta diam-diam, tapi menaruh kode-kode kecil di caption, komentar, dan filter. Cinta menjadi konten.

Semua orang jadi aktor dalam relasi digital. Mereka memilih angle, menyusun kata, memakai emoji dengan cermat. Satu story bisa lebih bermakna dari satu surat cinta lima paragraf. Dan setiap notifikasi bisa jadi denyut jantung kecil yang tak kalah deg-degan dari ketukan di jendela waktu malam minggu.

Intim, Tapi Tak Selalu Nyata

Profesor Joseph Walther dalam konsep Hyperpersonal Communication menyebut bahwa komunikasi via media digital bisa terasa lebih dalam dibandingkan interaksi langsung. Mengapa? Karena semuanya bisa dikurasi. Kata-kata bisa dipilih, emosi bisa dibentuk, jeda bisa disesuaikan. Tapi di balik itu semua, hubungan yang tercipta bisa menjadi ilusi.

Di balik balasan cepat dan stiker peluk, belum tentu ada ketulusan. Cinta hari ini bisa meledak hanya karena typo, centang biru, atau delay balasan lebih dari tiga jam. Kita menjadi sensitif pada sinyal digital, dan seringkali lupa bahwa cinta sejati bukan hanya soal respons cepat, tapi kehadiran yang konsisten.

Dunia Cinta yang Terlalu Terlihat

Perempuan kini tak lagi menunggu. Mereka bisa menyapa duluan lewat DM, memberi reaksi di story, atau bahkan menyatakan suka secara terbuka di TikTok. Ini adalah bentuk baru dari keberanian, dan secara tak langsung menunjukkan bagaimana norma sosial dalam relasi gender ikut berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun