Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menolong Saudara Tanpa Menjerumuskan Bisnis

24 Juli 2025   06:14 Diperbarui: 24 Juli 2025   06:14 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menolong ( Foto : Pexels.com)

"Kalau bukan kita, siapa lagi?"

Kalimat itu sering kali terucap saat seorang saudara datang meminta bantuan---bukan untuk meminjam uang, tapi untuk meminjam harapan. Harapan agar bisa diberi pekerjaan, agar bisa ikut "masuk" ke dalam usaha yang sedang kita jalankan. Dan jujur saja, sulit untuk berkata tidak.

Karena ini bukan orang lain. Ini adik sepupu yang sejak kecil bermain bersama. Ini keponakan yang dulu sering tidur di rumah. Atau anak dari paman yang dulu sering bantu orang tua kita. Ketika mereka datang dengan wajah penuh harap, ada sesuatu dalam diri kita yang merasa bertanggung jawab.

Namun, dunia kerja tidak hanya mengenal belas kasihan. Ia bekerja dengan sistem. Dengan target. Dengan tuntutan performa. Dengan tanggung jawab profesional. Dan jika kita keliru dalam memadukan niat baik dengan tata kelola kerja, hasilnya bisa jadi bumerang. Hubungan kerja bisa rusak. Bisnis bisa terganggu. Bahkan, hubungan keluarga pun bisa renggang.

Ketika Kantor Jadi Ruang Silaturahmi

Banyak orang berpikir bahwa bekerja dengan keluarga adalah bentuk silaturahmi paling produktif. Tapi kenyataannya, tak sedikit yang justru mengalaminya sebagai ladang konflik emosional.

Di kantor, kritik dianggap serangan pribadi. Evaluasi dianggap pilih kasih. Teguran dianggap sebagai bentuk dendam lama. Dan yang lebih rumit, ketika urusan kerja dibawa-bawa ke meja makan keluarga---semua bisa menjadi drama panjang.

Tak jarang, paman dan bibi ikut "nimbrung". Memberi komentar, membanding-bandingkan, bahkan menilai keputusan manajerial yang sebenarnya di luar kapasitas mereka. Kantor pun berubah jadi ruang arisan keluarga, dan profesionalisme tergilas oleh rasa sungkan.

Solusi: Tempatkan Saudara di Wilayah yang Kita Kuasai Penuh

Pengalaman pribadi mengajarkan saya satu hal penting:
Jika ingin menolong saudara, bantu mereka di perusahaan yang kita miliki atau kuasai 100 persen.

Kenapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun