Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Doa,Tangis dan Tawa, Perjalananku Dengan 35 Keponakan, 44 Cucu dan 10 Cicit.(Jilid 1).

10 Februari 2025   06:42 Diperbarui: 10 Februari 2025   06:42 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagaian Keponakan, cucu dan cicit, yang ada di Jabotabek (foto-dok pribadi).

Hasilnya, beberapa dari mereka berhasil menjadi sarjana, sementara keponakan lain tetap bertahan di kampung menjadi petani, guru, dan pedagang.

Diantara Karyawanku adalah keponakan dan cucu ( Foto-dok pribadi).
Diantara Karyawanku adalah keponakan dan cucu ( Foto-dok pribadi).
Kini, dari 35 keponakan saya, 33 masih hidup dan semuanya telah menikah serta membangun keluarga mereka sendiri. Saya merasa bangga dan bersyukur bisa menjadi saksi perjalanan hidup mereka, melihat mereka tumbuh, berjuang, dan mencapai impian mereka masing-masing. Dari mereka, lahirlah generasi baru yang kini menjadi bagian dari keluarga besar kami, memperpanjang silsilah dengan penuh harapan dan kebahagiaan.

Seiring berkembangnya usaha saya, bukan hanya keponakan yang ikut serta dalam perusahaan saya, tetapi juga anak dari keponakan saya, yang secara silsilah disebut cucu. Mereka tumbuh dalam lingkungan usaha yang saya bangun, membawa semangat baru dalam bisnis dan kehidupan keluarga kami. Kini, dari 33 keponakan saya, semuanya telah menikah dan telah memiliki rumah masing-masing.

Mereka membangun keluarga mereka sendiri, menciptakan rumah tangga yang bahagia dan mandiri, tersebar mulai dari Medan hingga Sorong, Papua Barat Daya. Saya merasa bangga dan bersyukur bisa menyaksikan perjalanan hidup mereka yang semakin mapan dan penuh berkah. Saya merasa bangga dan bersyukur bisa menjadi saksi perjalanan mereka, melihat bagaimana mereka tumbuh dan berjuang mencapai impian masing-masing.

Namun, kisah ini belum berakhir. Perjalanan menjadi seorang Mbah dan Buyut membawa banyak kisah unik dan penuh warna. Dari cucu-cucu yang datang ke Jakarta dengan modal nekat tanpa keterampilan hingga tingkah laku cicit-cicit yang menggemaskan, ada banyak cerita yang belum terungkap.

Ikuti kelanjutannya di bagian berikutnya, di mana saya akan berbagi lebih banyak kisah tentang bagaimana menjadi seorang Mbah dan Buyut di era yang terus berubah!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun