Mohon tunggu...
Abdul Rosyid
Abdul Rosyid Mohon Tunggu... staff humas dan publikasi Asosiasi arsip Indonesia cabang sidoarjo

Story teller, Human interest , research independent, business tour and journey

Selanjutnya

Tutup

Trip

Jejak Anak Yatim VOC di Balik PG Watoetoelis 1839: Menyusuri Makam Pendiri Pabrik Gula Tertua di Sidoarjo

25 Juli 2025   10:56 Diperbarui: 25 Juli 2025   10:56 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Foto Sidoarjo Heritage : saya di bagian kanan memegang album foto peringatan giling 1925 Watoetoelis en poppoh

Hai Kompasianer,

Saat mengunjungi Makam Peneleh bersama komunitas Sidoarjo Heritage, saya berdiri tepat di depan makam seorang tokoh yang jejak hidupnya menghubungkan VOC, KNIL, industri gula, dan bank kolonial: Johan Dirk August Loth. Bagi banyak orang, nama ini mungkin tak dikenal, tapi jejaknya tertulis di sejarah pendirian Pabrik Gula Watoetoelis tahun 1839.

lahir di Surakarta pada 1792, Loth adalah anak dari seorang dokter bedah VOC. Sayangnya, ia harus kehilangan sang ayah di usia 13 tahun---menjadikannya anak yatim dalam sistem kolonial yang keras. Namun hidup bukan soal permulaan, melainkan pilihan. Loth tumbuh dewasa di Surabaya, bekerja sebagai koopman (pedagang) sebelum bergabung dengan KNIL sebagai luitenant-ingenieur tahun 1825, saat usianya 33 tahun.Di tahun yang sama, dua jenderal penting yang tengah aktif dalam struktur KNIL adalah Mayjen Josephus Jacobus van Geen dan Letjen Hendrik Merkus de Kock---nama-nama yang kemudian dikenal sebagai tokoh kunci dalam Perang Jawa (1825--1830). setelah sebelumnya menikah dengan Anna Cramer 21-03-1824.

Setelah melewati masa dinas militer, ia terjun penuh ke dunia industri. Pada tahun 1839, ia membangun PG Watoetoelis di kawasan Sidoarjo. Kawasan ini kini menjadi jejak penting dari 15 industri gula kolonial, yang pernah menjadi komoditas emas putih Hindia Belanda. Loth juga dikenal aktif dalam berbagai lembaga keuangan, termasuk menjadi Commissarien di Javasche Bank (1830)dan anggota dewan pengusaha gula Hindia Timur (1841). Tepat ditahu  itu juga, ia melakukan perceraian dari istri ketiga anna cramer yang dimuat dalam Javasche Courant 21-07-1841.

Putranya, Andries Frederik August Loth, membeli PG Poppoh tahun 1880 dari Gunther von Bultzingslowen. Kemudian, pada tahun 1891, berdirilah perusahaan gabungan NV Cultuur Maatschappij Watoetoelis--Poppoh, dengan pemegang saham utama dari keluarga Loth dan Hellendoorn.

Dalam kunjungan tersebut, saya memegang langsung lembar saham asli dan album foto perusahaan. Foto ini saya abadikan sebagai bagian dari upaya mendekatkan sejarah dengan generasi masa kini. Di balik setiap nisan tua, tersimpan kisah hidup yang membentuk wajah Sidoarjo dan Surabaya hari ini.

Kompasianer,

Kisah Johan Dirk August Loth adalah pengingat bahwa sejarah tidak selalu ditulis oleh mereka yang lahir dalam kemudahan. Loth memulai hidup dari kehilangan dan kesendirian, namun memilih jalannya sendiri---dari koopman, insinyur militer, pendiri pabrik gula, hingga komisaris bank.

Ia meninggal dunia pada 1856 di Surabaya dan dimakamkan di Peneleh---dan hari ini, kita bisa menyusuri jejak hidupnya, bukan hanya lewat nisan, tapi melalui dokumen hidup, arsip, dan cerita yang terus dihidupkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun