Mohon tunggu...
Abdul Rosyid
Abdul Rosyid Mohon Tunggu... staff humas dan publikasi Asosiasi arsip Indonesia cabang sidoarjo

Story teller, Human interest , research independent, business tour and journey

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Koesno, Bocah Sakit-sakitan yang Tumbuh Jadi Proklamator

24 Juli 2025   17:34 Diperbarui: 24 Juli 2025   17:34 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bung karno putra sang fajar : Solichin Salam (1981) h.21

Hai Kompasianer,

Siapa sangka, sosok yang dikenal sebagai orator ulung dan peletak dasar kemerdekaan Indonesia, ternyata tumbuh dari tubuh kecil yang ringkih. Bung Karno, atau yang semasa kecil bernama Koesno, adalah anak yang sering terbaring sakit.Kalau kita hanya mengenalnya dari gambar poster dan pidato monumental, mungkin kita tak pernah membayangkan bahwa dulunya ia adalah anak yang tubuhnya "kurus kering", sering demam, dan bisulan.

Dalam buku Bung Karno, Putera Fajar karya Solichin Salam (1981) h.21, digambarkan betapa masa kecil Soekarno---yang ketika itu masih bernama Koesno---diwarnai dengan berbagai penyakit yang cukup berat dan mengganggu pertumbuhannya.Tubuhnya kurus---kemungkinan besar karena malnutrisi atau infeksi kronis yang menggerogoti daya serap nutrisinya. Cacingan dan TBC bisa jadi merupakan bagian dari spektrum penyakit yang ia hadapi, terutama di masa dan lingkungan yang belum banyak mengenal sanitasi. Gejala "meriang seperti hendak diserang malaria" patut dicermati. Dalam dunia kedokteran, itu adalah ciri klasik dari malaria tropika, yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum atau vivax. Penyakit ini menyergap tubuh dengan demam menggigil berulang, dan bagi anak sekecil Koesno, itu bukan hal remeh. Lebih dari itu, bisul yang terus muncul di kepala dan tubuhnya juga menjadi pertanda furunkulosis, infeksi kulit yang bisa disebabkan oleh bakteri stafilokokus. Ini menandakan sistem imun yang lemah atau kebersihan yang minim---dua hal yang umum di Hindia Belanda kala itu.

Ia tercatat pernah mengidap malaria saat masih balita---sebuah infeksi yang dalam kondisi kekurangan nutrisi bisa sangat membahayakan. Saat tinggal di Sidoarjo 23 November 1907, Koesno terkena disentri, penyakit yang erat kaitannya dengan kebersihan air dan makanan. Penyakit ini menyerang usus besar  dan dapat menyebabkan dehidrasi berat. yang membuatnya dibawa oleh kerabat keluarga ke rumah di Tulungagung untuk diobati secara tradisional oleh Mbah Umo, salah satu sesepuh keluarga( R.M. Soerati Soemosewojo adalah ayah angkat dari Bung Karno, nama aslinya adalah Raden Mas Soerati Soemosewojo. Beliau juga dikenal dengan panggilan Den Mas Mendung dan Pak Umo. Beliau tinggal di Ndalem Pojok, Wates, Kediri dan pernah tinggal di Kabuh, Jombang. Soerati Soemosewojo juga diketahui sebagai penasihat spiritual Bung Karno saat beliau menjabat di Istana Yogyakarta pada tahun 1946-1949). lalu di usia 11 tahun, ia jatuh sakit tifus dan nyaris meninggal. Bung Karno sendiri mengakui bahwa ia melewati masa dua bulan kritis, hanya bertahan berkat doa dan keyakinan sang ayah.Raden Soekeni. Sang ayah dikenal sangat spiritual, tekun berpuasa dan berdoa, serta meyakini bahwa hidup anaknya akan membawa pengaruh besar kelak.

koleksi situs gebang blitar
koleksi situs gebang blitar"soekarno pada waktu anak-anak dan ibu  kakak dan adik sepupu".

Mungkin itulah kompasianer! arti dari "Tubuh Lemah, Jiwa Tangguh"

Namun justru dari rapuhnya tubuh itu, terbentuk jiwa yang luar biasa. Mungkin, justru karena ia tahu bagaimana rasanya tak berdaya, Koesno kecil tumbuh dengan tekad yang kuat untuk bangkit. Tubuhnya boleh lemah, tapi jiwanya---seiring waktu---dibentuk oleh penderitaan. Bung Karno pernah berkata," Jadikan penderitaan sebagai kekuatan."

Dan mungkin, kalimat itu tak hanya ia ucapkan untuk rakyat Indonesia, tapi juga untuk dirinya sendiri. Sebuah kalimat yang ia petik dari pengalaman panjang menjadi anak sakit-sakitan.Namun seperti yang kita tahu, riwayat kesehatan masa kecil bukanlah akhir dari kisah seseorang. Bung Karno adalah bukti nyata bahwa kondisi fisik yang lemah tidak selalu menghalangi seseorang untuk tumbuh menjadi pribadi besar. Di balik tubuh kecil yang ringkih itu tersimpan daya pikir, keteguhan hati, dan api semangat yang kelak membakar seluruh penjuru Nusantara.Kisah ini menjadi pengingat bahwa jalan menuju kepemimpinan tak selalu dilalui oleh mereka yang lahir kuat dan sehat. Kadang, justru dari tubuh yang rapuh lahir jiwa yang paling tangguh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun