Mohon tunggu...
Abdullah Syarif
Abdullah Syarif Mohon Tunggu... Pegiat Sosial

Mengajar, Membaca dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setinggi Apapun Pangkatmu, Kau Tetap Budak

7 Juli 2025   06:00 Diperbarui: 7 Juli 2025   01:43 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apapun  Tetap Hamba

Di dunia ini, manusia bisa memiliki berbagai gelar: direktur, profesor, jenderal, pemimpin negara, konglomerat --- bahkan disebut "orang besar." Tapi di hadapan Allah? Kita semua sama: hamba.

Semua Akan Datang Sebagai Hamba

Allah Ta'ala berfirman:

"Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi melainkan akan datang kepada Allah sebagai hamba."
(QS. Maryam: 93)

Ayat ini adalah pengingat keras bagi siapa pun yang merasa tinggi di dunia. Tak peduli betapa besarnya kekuasaan seseorang, kelak di akhirat ia akan berdiri di hadapan Allah dalam keadaan telanjang, sendiri, dan tak membawa apa-apa selain amal.

Kita ini hanyalah makhluk yang diciptakan dari tanah, hidup dengan pinjaman udara, dan kembali ke tanah juga. Lalu apa yang membuat kita sombong?

Tujuan Kita Bukan Berkuasa, Tapi Mengabdi

Allah menciptakan manusia bukan untuk memerintah dunia, tapi untuk mengabdi kepada-Nya. Firman-Nya:

"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
(QS. Adz-Dzariyat: 56)

Tapi lihatlah hari ini --- seberapa banyak dari kita yang lebih takut kehilangan pekerjaan daripada kehilangan waktu salat? Lebih taat pada atasan di kantor daripada perintah Allah?

Ukuran Kemuliaan Bukan Dunia, Tapi Ketakwaan

Islam tidak melarang kita menjadi orang sukses. Tapi keberhasilan dalam Islam bukan dinilai dari kekuasaan atau kekayaan, melainkan ketakwaan dan kerendahan hati.

Nabi bersabda:

"Barangsiapa merendahkan dirinya karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya."
(HR. Muslim)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah juga berkata:

"Setiap manusia pasti menjadi hamba. Jika dia tidak menjadi hamba Allah, maka dia akan menjadi hamba hawa nafsunya, hartanya, atau makhluk lain."

Jadi, jangan bangga dulu saat pangkat kita naik. Jangan merasa istimewa saat dipanggil "yang terhormat". Bisa jadi, dalam pandangan Allah, derajat kita jauh lebih rendah dari tukang sapu jalanan yang ikhlas salat subuh setiap hari.

Jalan Menuju Kehormatan Sejati

Satu-satunya cara agar hidup kita bermakna adalah dengan menyadari bahwa kita ini hamba. Dan tugas utama seorang hamba adalah:

  • Taat kepada Tuhannya
  • Tunduk pada perintah-Nya
  • Tak pernah sombong atas apa yang bukan miliknya

Jika engkau seorang pemimpin, maka pimpinlah dengan takut kepada Allah.
Jika engkau orang kaya, gunakan hartamu untuk membantu hamba Allah lainnya.
Jika engkau orang biasa, bersyukurlah dan tetaplah taat dalam kondisi sempit.

Sebab, kehormatan sejati bukan pada posisi, tapi pada ketundukan hati kepada Allah.

Kita semua akan kembali pada-Nya. Semua gelar akan ditanggalkan. Yang dibuka adalah catatan amal, bukan riwayat jabatan. Maka selama masih ada waktu, mari kita kembali kepada jati diri kita yang sejati:

Bukan bos. Bukan raja. Bukan siapa-siapa. Kita hanyalah hamba.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang ikhlas dan diridhai. Amiin Ya Robbal'aalamiin.

Wallahu a'lam Boshowab

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun