Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana ALLAH Swt telah berbuat baik terhadap kita, bayangkan sebagaimana baiknya TUHAN sama kita ? Apakah TUHAN YANG MAHA Â BAIK kurang baik, sehingga kita pun kurang baik terhadap sesama Umat NYA ?.
KEINSYAFAN DIRI, bukanlah hanya  perubahan yang dialami oleh perilaku, perilaku yang tadinya tidak baik menjadi baik, namun KEINSYAFAN DIRI ini merupakan kesadaran mengetahui siapa dirinya dan mengerti kehendak TUHAN pada dirinya dan seluruh ciptaan NYA, sehingga menjadi pribadi yang WASKITA, yang akan menjalin hubungan yang harmonis antara TUHAN dan dirinya, sehingga kelak dia akan mampu meninggalkan dunia ini menuju ke SISINYA, tentunya atas petunjuk dan bimbingan  langsung dari NYA.
TUHAN tidak  menghendaki Manusia yang berperilaku baik saja, seperti beribadah tak terlewatkan satupun, sering beramal, saling bersilaturahmi, tidak menyakiti sesama dan merusak bumi,  dan berbudi pekerti baik saja, seperti sopan santun, beretika tinggi, saling menyayangi, dlsb. karena perilaku seperti itu saja dapat dikamuflase oleh Akal Pikir dan Hatinya, dengan berdisiplin diri, atau dengan jaim (jaga image), jadi dengan hal itu saja tidak akan mampu untuk bisa MENGERTI TUHAN.
Oleh karena itu KEINSYAFAN diri itu sangat diperlukan, namun pada kenyataannya sangat sulit didapatkan, banyak sudah yang mencari dengan berbagai tirakat-tirakat yang dilakukan untuk mencari KEWASKITAAN dalam hidup untuk mencari petunjuk dan bimbingan langsung dari TUHAN YANG MAHA ESA ,  namun malah banyak juga yang tersesat kedalam kemusyirikan, akhirnya yang didapatkan berbagai macam Ilmu untuk menyelesaikan permasalahan dunia, yang hakekatnya adalah mendapatkan  bantuan dari golongan Jin dan sekutunya, seperti kekebalan tubuh, mampu mengobati orang sakit, menjadi terlihat di dua tempat dalam waktu yang sama, menjadi orang yang disegani, menjadi orang yang dicintai, dan banyak lagi seolah-olah menjadi seseorang yang sakti, bahkan menjadi seorang 'guru' SPIRITUAL.
Itulah hebatnya Jin melakukan godaanya terhadap umat manusia yang ingin beribadah dengan sempurna kepada SANG KHALIK.
Ilmu Agama sebetulnya sangatlah mudah hanya tinggal menyelaraskan Akal Pikir, Hati Perasaan dan Qolbu, namun dikarenakan akal pikir dan hati juga tempatnya syethon bermukim, selalu datang pikiran dan hati was-was yang menggoda, Â sehingga untuk melakukan totalitas kepasrahan serta ketaatan sangat sulit didapat.
Yang pada akhirnya hanya kepintaran akal pikir saja yang menonjol sehingga mengakibatkan banyak  perdebatan, diskusi, mempermasalahkan cara beribadah, cara berpakaian, hukum-hukum Islam, perilaku Islami, halal-haram, pahala, dan segala tatacara dalam beragama, yang kesemuanya diperebutkan kebenarannya oleh masing-masing Madzhabnya.
Padahal sejatinya itu adalah memperdebatkan, mempermasalahkan kebenaran sebuah ALAT nya saja, padahal juga ALLAH SWT tidak akan mempersulit apalagi memberatkan Umat NYA.
Demikian juga dengan ceramah-ceramah yang di berikan baik langsung, tulisan atau postingan video hanya menyampaikan apa yang telah tertulis diberbagai Kitab Hadits dan Kitab Suci Al-Qur'an, ditambah kupasan-kupasan hasil dari olah pikir sehingga begitu selesai melihat, menonton, membaca, besok lusa akan terlupakan, atau mengerti tapi tidak tahu cara mempraktekanya. Itulah sifatnya AKAL PIKIR.
Apalagi jaman sekarang para penceramah berani mengutarakan kebenaran menurut pemahaman dirinya, berani menyindir kepada yang tidak sefaham, berani mengatakan realita situasi kondisi lingkungan maupun individu, disampaikan dengan olahan-olahan kata yang membuat gelak tawa, akan sangat memukau sehingga mendapatkan PENGGEMAR yang sangat banyak, inilah salah satu contoh dalam cara mengumpulkan Umat agar lebih banyak dan mau mendengarkan ceramahnya, yaitu dengan hal-hal lucu.
Dan inilah suatu kenyataan bahwa ada suatu kebosanan atau kejenuhan yang dialami Umat  didalam mencari ILMU AGAMA, karena seolah setelah apa yng dilakukan tidak terasakan hasilnya, hakekatnya, kenyataannya, secara langsung, namun dijanjikan kelak sebagai sebuah pahala, yang nanti setelah mengalami kematian baru terasakan, padahal apabila memang mendapatkan HAKEKATNYA dalam mempelajari nya, bukanya bosan, tapi akan selalu menagih seolah kecanduan akan nikmatnya KENYATAANNYA, didalam melaksanakan, atau mengamalkan berbagai Ibadahnya tersebut, dan tetap pahala yang dijanjikan untuk amal-amalanya akan diberikan NYA kelak.