Mohon tunggu...
Abdulah
Abdulah Mohon Tunggu... Administrasi - sedang belajar

Bisa disurati di abdulah0903@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mendung di Bandung

21 November 2017   00:22 Diperbarui: 18 Juli 2020   09:38 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senin pagi, mendekati akhir bulan Juli, Rudi tiba di terminal bus Cicaheum, Bandung. Sekitar pukul 05.00 ia menginjakan kakinya di kawsan terminal. Niatnya mendatangi Bandung adalah untuk menemui kakak-kakaknya, yang hampir dua tahun tidak bertemu. Padahal, jarak Bandung-Jogja hanya semalam saja dengan menumpang bus, entah kalau kereta.

Baru kali ini ia memiliki niat untuk mengunjungi saudara-saudara kandungnya itu. Bukan tanpa sebab. Sekitar setahun yang lalu, ia merasa kalau kakak-kakaknya bukan lagi orang yang dilahirkan dari rahim  yang sama. Bukan orang yang mendapatkan air susu dari puting yang sama, bukan orang yang dibesarkan di rumah yang sama. Bukan orang yang bisa bersekolah dari hasil keringat tukang meubel yang sama, bapaknya. Mungkin Rudi terlalu berlebihan, tapi begitulah yang dirasakannya saat itu. Hal itu juga yang membuatnya sungkan untuk datang ke Bandung.

Waktu itu Rudi merasa sendiri, walaupun selalu banyak teman yang menemani dan mengajak ngopi. Tapi Ia merasa sepi. Mungkin karena ini soal keluarga, keluarga kandung. Bukan keluarga yang bertemu karena alasan kuliah ditempat yang sama, bukan keluarga yang bertemu karena hobi yang sama, bukan keluarga yang bertemu di event konser musik yang sama, bukan keluarga yang bertemu ketika dirinya sudah terbiasa nongkrong di warung kopi dan menikmati menghisap satu batang rokok. 

Bukan. Dan bagi Rudi orang-orang yang baik dengannya selama ini, yang notabanenya berasal selain dari dalam rumahnya adalah hanya sebatas teman baik, sahabat, ataupun pacar, yang sekarang sudah tidak mendapat predikat pacar lagi. Bukan keluarga, titik.

Apakah salah tidak menganggap orang-orang yang selama ini terlalu banyak menolongnya dengan sebutan "bukan keluarga?." Menurut Rudi itu sah saja, karena apapun sebutannya: teman, sahabat, ataupun pacar, bagi Rudi hanya istilah saja. Selama ia bisa berusaha berbuat lebih baik dari fungsi yang mungkin terjelasakan dari istilah itu semua, menurutnya itu lebih indah. Meskipun selama ini ia masih belum banyak membantu orang-orang itu. 

Tapi setidaknya Rudi punya anggapan yang sudah ia pegang tadi. Sekali lagi,  baginya mereka tetap belum bisa menggantikan keluarga kandung, entah dari sisi istilah ataupun fungsinya.  Ketika sedang bersama teman-temannya, Rudi jarang bercerita soal itu. Ia selalu menyembunyikan cerita itu dari mereka dengan balutan ceria. Ya, dirinya memang berasal dari keluarga yang bisa dibilang sangat pas-pasan, bisa dibilang juga kere!. 

Tapi Rudi memiliki prinsip dan keinginan untuk tidak terlihat miskin, atau menunjukan cerita-cerita kesedihannya agar teman-temannya merasa kasihan. Rudi ingin menunjukan kepada orang-orang disekitarnya kalau orang seperti dirinya tak perlu dikasihani, ia ingin dipandang dan diperlakukan biasa saja oleh orang-orang disekitarnya. Justru dengan cara itu, bagi dirinyanya akan jauh membuat semangat menjalani hidup, karena tidak dipandang dan diperlakukan beda. Toh selama ini, Seandainya ia butuh bantuan teman-temannya, pasti dia tidak sungkan memintanya.

***

Sudah beberapa bulan berlalu, hal-hal itu masih  saja teringat dalam kepala Rudi. Ucapan dari istri kakak pertamanya yang selalu ia ingat.

 "Dulu sudah dibilang, jangan kuliah, kamu kerja saja, kuliah malah nanti Cuma menghabiskan uang,  sekarang terbukti kan, kamu minta uang terus sama masmu!"

Waktu itu Rudi hanya bisa diam tanpa membantah sedikitpun, bukan karena ia setuju dengan semua omongan istri kakaknya itu, tapi karena ia lebih menghormati saja. Seandainya didebatpun, mungkin sulit untuk nyambung. Bagi istri kakaknya itu kalau kuliah ya memang menghabiskan uang, itu saja. Dan di keluarga Rudi, orang-orang yang mungkin boleh berpendapat dan membantah  adalah orang yang sudah menghasilkan uang, alias sudah bekerja dan tidak meminta ke orang tuanya, apalagi kakak-kakaknya!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun