Mohon tunggu...
Abdulah
Abdulah Mohon Tunggu... Administrasi - sedang belajar

Bisa disurati di abdulah0903@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mendung di Bandung

21 November 2017   00:22 Diperbarui: 18 Juli 2020   09:38 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Cuma masalah uang yang tidak sampai berpuluh-puluh juta, masa istri kakaknya itu tega mengatakan hal seperti itu sih?" gerutu Rudi dalam hati. Ia jadi teringat kembali akan hal itu, padahal ia sudah berupaya untuk tidak mengingatnya lagi. Karena obrolan dengan penjual air mineral itu yang membuat Rudi jadi teringat itu lagi. Teringat ia pernah membuat rumah tangga kakak pertamanya menjadi panas. Smapai-sampai istri kakanya pernah pulang ke kampung karena tidak terima kalau suaminya itu selalu memberi uang ke Rudi. Rudi selama ini berfikir : apa salahnya meminta ke kakak kandung sendiri yang sudah bekerja sejak lulus SMA. Toh uangnya juga digunakannya untuk makan, bukan untuk hal-hal yang lainnya.  

Tapi semenjak peristiwa istri kakaknya yang melontarkan kata-ka yang membuat Rudi depresi, ia tersadar. Tersadar bahwa keadaan keluarganya tidak sama dengan keluarga teman-teman kuliahnya. Keluarga Rudi kulturnya secara pendidikan memang tidak ada yang kuliah. Hanya dirinya yang kuliah. Semua kakaknya setelah lulus SMA langsung merantau ke bandung untuk bekerja, dan setelah beberapa tahun, lalu menikah. 

Jadi berbeda dengan keluarga kbenyakan teman-temannya yang sudah terbiasa dengan kultur kuliah dan sudah terbiasa dnegan kebutuhan apa saja yang anak kuliah butuhkan, dan hal itu mungkin menjadikannya maklum. Tapi keluarga Rudi berbeda, keluarga Rudi terbiasa dengan:setelah lulus SMA ya bekerja dan bisa menghasilkan nafkah sendiri. Sementara Rudi? Dia kuliah sendiri. Ya mungkin perkataan istri kakaknya itu menjadikan Rudi sadar kalau masalah yang dialaminya itu mungkin salah satu bagian kecil yang dialami oleh anak kuliah yang berasal dari keluarga miskin.

Sebenarnya ia beberapa kali mempunyai pekerjaan sampingan. Terkadang Ia membantu temannya berjualan makanan, terkadang juga ia membantu kakak tingkatnya menuliskan hasil wawancara penelitian tugas akhirnya. Tapi ya, itu hanya sampingan, tidak bisa dipakai untuk menjaga kehidupannya berbulan-bulan. Paling dipakainya untuk membeli kuota. Ya hanya sebatas itu saja. Selebihnya ya selama ini ia banyak meminta.

***

Dari kejauhan, orang yang begitu Rudi kenal muncul. Orang itu berjalan dilorong menuju bangunan yang berisi kumpulan loket-loket bus antar kota-antar propinsi di terminal itu. Rudi langsung mendekat dan menyalaminya. Ya, kakaknya sudah datang. Wajahnya terlihat lesu, mungkin lelah karena setiap subuh ia harus sudah sampai di terminal untuk melayani calon penumpang. Calon penumpang yang akan pergi meninggalkan Bandung menggunakan bus tempatnya bekerja.

 Yang membuat Rudi sedikit lega adalah, dipermukaan wajah kakaknya yang lesu, masih ada bibir yang melebar dan menunjukan giginya yang besar-besar. Kakaknya masih bisa tersenyum karena kedatangan dirinya. Itu yang membuat Rudi setidaknya melupakan ingatan tentang perkataan istri orang yang baru saja disalaminya itu.

"Gimana kabar, Rud?, udah dua tahun lebih nggak ke Bandung ya?" Kakaknya membuka obrolan.

"Alhamdulillah baik, mas", iya baru sempat sekarang ini aku  ke Bandung."   Padahal kakaknya juga tahu alasan kenapa Rudi selama ini tidak sempat datang ke Bandung. Tapi Rudi tetap saja beralasan dengan kalimat 'tidak sempat'. Ia tidak enak untuk menjawab apa adanya.

"Toh juga, ini pertemuan pertama dengan kakaknya yang sudah berapa tahun tidak bertemu. Jadi mending dijawab dengan jawawan yang tidak bisa menjurus ke perdebatan. Pertemuan pertama harus dibuat menyenangkan, jangan dibuat tegang dan menyedihkan" fikir Rudi. Walaupun Rudi merasa agak canggung bertemu dengan kakanya ini. Pertama, mungkin karena sudah lama tidak berbincang bersama, yang kedua karena dirinya merasa pernah membuat masalah dalam keluarga kakaknya itu, terutama dengan istrinya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun