Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

1001 Jalan Kebaikan

14 Juli 2020   23:05 Diperbarui: 14 Juli 2020   22:57 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beliau bersabda untuk berusaha membesarkan hati mereka. "Wahai sahabatku, sukakah aku ajarkan kepadamu amal perbuatan yang dapat mengejar mereka dan tidak seorang pun yang lebih utama dari kamu kecuali yang berbuat seperti perbuatanmu?"

Dengan sangat antusias, mereka pun menjawab serentak, "Tentu, ya Rasulullah." Kemudian, Nabi saw bersabda, "Bacalah subhanallah, Allahu akbar, dan alhamdulillah setiap selesai shalat masing-masing 33 kali." Setelah menerima wasiat Rasulullah saw, mereka pun pulang untuk mengamalkannya.

Tak lama berselang, setelah beberapa hari berlalu, para fakir miskin itu kembali menyampaikan keluhannya kepada Rasulullah saw. "Ya Rasulullah, saudara-saudara kami orang kaya itu mendengar perbuatan kami, lalu mereka serentak berbuat sebagaimana perbuatan kami."

Maka, Nabi saw bersabda, "Itulah karunia Allah Swt yang diberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki."

Di antara pesan pokok yang bisa ditangkap dari hadis tersebut, untuk mendapatkan pundi-pundi pahala dan kebaikan, jalan yang bisa ditempuh amatlah beragam. Setiap orang memiliki potensi dan kemampuan yang belum tentu sama dalam beramal. Ada yang dimudahkan dalam urusan sedekah, ada yang dimudahkan dalam urusan zikir dan lain sebagainya. 

Umumnya orang miskin lebih memiliki banyak waktu untuk berzikir kepada Allah daripada orang kaya yang disibukkan oleh urusan pekerjaan dan usaha. Namun ini bukan hitungan matematika. Secara kasuistis bisa jadi orang kaya juga ahli zikir selain ahli sedekah. 

Allah Swt menghendaki hamba-hamba-Nya untuk fokus memanfaatkan peluang amal berdasarkan potensi yang dimiliki dan tidak perlu iri atas karunia Allah yang diberikan kepada orang lain.

Sering kali manusia sibuk meratapi kekurangberuntungan diri sehingga melupakan potensi yang dimiliki. Memang Allah mendorong hamba-hamba-Nya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Tetapi jika dalam perlombaan kita sudah minder dan tidak punya nyali karena melihat kehebatan para kompetitor, maka bisa jadi kita tidak beranjak dari garis start dan hanya termengong-mengong. 

Inilah salah satu jebakan setan. Setan menjebak kita untuk mengalihkan perhatian kita kepada amal-amal besar yang kita tidak punya kemampuan atasnya, sementara kita mengabaikan amal-amal kecil yang begitu sangat mudah bisa kita lakukan.

Oleh karena itu Nabi saw mengingatkan kita untuk tidak mengecilkan amal-amal ringan. Beliau bersabda:

" Janganlah kalian menganggap kecil kebaikan sedikit pun walau sekedar bertemu saudaramu dengan wajah berseri-seri" (H.R. Muslim).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun