Mohon tunggu...
Muhammad Abdillah
Muhammad Abdillah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi Ilmu Alquran dan Tafsir

خير الناس انفعهم للناس

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Permusuhan Berakhir Menjadi Persaudaraan Demi Wabah Corona

27 Maret 2020   13:12 Diperbarui: 27 Maret 2020   19:14 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di Indonesia tentunya mempunyai keberaman suku, adat, agama, dan bahasa, dimana ada lebih 300 suku bangsa dan lebih 200 bahasa daerah. Agama di Indonesia juga beragam yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan Konghucu hidup bersama dalam satu negara yang luas ini. 

Maka dari itu, Indonesia dijuluki negara pluralisme dengan berbagai budaya, agama, dan bahasa yang disatukan dengan semboyan "Bhineka Tunggal Ika" yang  membuat seseorang itu bisa mengenal yang lainnya yang berbeda agama.

Namun di Indonesia ada beberapa perang yang terjadi seperti Sejarah Perang Ambon. Karena latar belakang dan pemikirannya berbeda maka sering muncul konflik yang menjadi akar sebuah konflik.

Salah satunya di Indonesia adalah konflik Ambon akibat salah paham Konflik berbau agama di Ambon ini sebenarnya bukan pertama kali saja. Pada januari 1999 pernah terjadi kerusuhan di Batu Merah. Sejak itu kawan Ambon menjadi rawan bentrokan dan konflik.

Terjadi kerusuhan di Ambon tahun 1999. Ronald Regang beliau mantan komandan tentara anak, pasukan agas di ambon yang beragama kristen dan temannya bernama Iskandar Slameth mantan pasukan jihad di ambon yang beragam islam.

Bentrokan antara komunitas Kristen dan Muslim karena pembelaan agaman dan tempat tinggal yang menyebabkan hancurnya toko-toko dan gedung lebih dari 5000 yang meninggal. Lalu, pada tahun 2002 konflik mulai mereda dikarenakan perjanjian Malino untuk saling berdamai. 


Tetapi, bekas kejadian konflik itu masih saja menghantui mereka di dalam mimpi dan menjadi sebuah trauma mendalam. Akhirnya mereka masih tetap menaruh dendam.

Suatu waktu Ronald dan Iskandar bertemu pada tahun 2006 saling curiga tanpa saling sapa tegur hanya dengan melirik-lirik saja sampir akhirnya hampir terjadi lagi adanya konflik karena teringat konflik sebelumnya, akan tetapi konflik itu terbatalkan karena ada yang melerai mereka berdua. 

Akhirnya mereka saling mengungkapkan perasaan dan pengalaman yang membuat mereka bisa memadamkan amarah, emosi dan dendam mereka. 

Saat itu Ronald bangkit dan mengatakan kepada mereka "kita paling sayang kamu semua" membuat semua yang ada diruangan itu menangis. Iskandar merangkul dan memeluk erat, lalu mengatakan "kita semua basudara (bersaudara)" sambil menangis yang menjadikan mereka seperti bersaudara. Sebagaimana dalam ungkapan "Tak kenal maka tak sayang"

Dari sini lah terciptanya toleransi antar agama dari cerita dua pemuda ambon yang saling membunuh, akhirnya mereka saling mengenal meceritakan tentang dirinya masing yang membuat mereka sadar bahwa permusuhan terersebut tidak aka ada habis-habisnya yang ada berkelanjutan.

 "Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Mumtahanah:7)

Menurut Tafsir Ibnu Katsir:

Allah yang Maha Tinggi mengatakan kepada para hambanya yang beriman, setelah Diperintahkannya mereka permusuhan dengan orang-orang kafir.

Menurut Ibnu Katsir Adalah (Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka) cinta setelah kebencian, kasih sayang setelah benci, dan kasih sayang setelah bercerai-berai.

Ayat ini berkaitan dengan kisah Nabi Muhammad SAW membantu seorang nenek tua yang buta di salah satu sudut di dekat pintu kota Madinah menjadi tempat seorang nenek buta yang mengemis.

Dia memiliki kepercayaan Yahudi. Setiap kali ada orang yang mendekatinya, dia selalu berpesan, "Jangan pernah engkau dekati Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, dan tukang sihir."

Rasulullah Muhammad SAW yang gemar mendatanginya. Bukan untuk menghardiknya. Nabi SAW justru rajin datang kepadanya dengan menenteng makanan. Tanpa berbicara sepatah kata apapun beliau duduk disamping nenek itu. 

Rasulullah pun meminta izin kepada nenek tersebut untuk menyuapi nya dengan suapan kasih sayang. Hal ini Nabi rutin setiap hari memberikan. Setelah Nabi wafat pekerjaan ini digantikan oleh Sayyidina Abdullah Bin Abi Quhafah (Abu Bakar Ash-Sidiq), ketika Abdullah menemui nenek tersebut seraya mengucapkan salam dan meminta izin meyuapinya, nenek itu bertanya "siapa kamu?"

Abdullah menjawab "aku ini orang yang biasa menyuapimu".

Jawab si nenek dengan kesal "Bukan! engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," teriak si pengemis lagi, "Jikalau benar kamu adalah dia, maka tidak susah aku mengunyah makanan di mulutku. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu dengan mulutnya sendiri. Barulah kemudian dia menyuapiku dengan itu."

Abdullah tak tahan deraian air mata "Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, Abu Bakar. Orang mulia itu telah tiada. Dia adalah Rasulullah Muhammad SAW."

Mendengar penjelasan Abdullah, pengemis tadi seketika terkejut. Dia lalu menangis keras. Setelah tenang, dia bertanya memastikan, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghina, memfitnah, dan menjelek-jelekan Muhammad. Padahal, belum pernah aku mendengar dia memarahiku sedikit pun. Dia yang selalu datang kepadaku setiap pagi dengan membawakan makanan. Dia begitu mulia."

Maka di hadapan Abu Bakar ash-Shiddiq, pengemis Yahudi buta itu mengucapkan dua kalimah syahadat. Demikianlah, dia masuk Islam karena menyadari betapa mulianya akhlak Rasulullah SAW.

Ayat ini juga Menjelaskan pentingnya untuk saling mengenal satu sama lain agar tidak terjadinya konflik, permusuhan dll. Sehingga dengan saling mengenal satu sama lain akan tumbuh rasa persaudaraan yang erat sebagaimana cerita diatas tadi kisah tenteng dua pemuda ambon yg dulunya saling bunuh-membunuh menjadi bersaudara.

Terkait dengan terjadi sekarang ini adalah wabah virus yang amat berbahaya yakni Covid-19 atau virus Corona. Virus yang sudah menghilangkan ribuan nyawa manusia setiap harinya.

Munculnya Corona ini menyatukan umat tanpa memandang bedanya agama mereka bersatu melawan corona karena corona ini sudah memakan banyak korban diseluruh dunia, maupun korbannya agama berbeda-beda mereka tetap bersatu melawan corona.

Sudah seharusnya sebagai manusia yang diberikan akal sehat untuk menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Sama hal nya untuk mulai memperhatikan manusia yang ada disekitarnya. Wabah Corona ini mulai memiliki pengaruh yang baik dalam sosial disaat orang-orang mulai timbul rasa kepeduliannya terhadap sesama.

Seperti dengan cerita konflik Ambon yang bermula dari kesalahpahaman komunikasi yang berujung pertumpahan darah karena lebih mementingkan kebutuhan kelompoknya.

Sekarang manusia sadar bahwa mereka tidaklah hidup sendirian atau hanya di kelompok-kelompok mereka saja. Kedua mata mereka mulai terbuka dengan adanya wabah yang mengancam keselamatan umat manusia.

Demikian, dengan adanya wabah virus corona ini tetap bersatu melawan corona tanpa memandang latar belakang seseorang .Sebuah perbedaan akan lebih harmonis jika dilihat dari sisi persamaannya.

Menjadikan sebagai pelajaran agar kedepannya saling peduli sesama manusia maka dari itu tingkatkan sifat kemanusiaan karena manusia itu makhluq sosial yang selalu berdampingan dengan manusia lainnya. Wallahu'alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun