Mohon tunggu...
abdi fathonahab
abdi fathonahab Mohon Tunggu... Mahasiswa

Gemar berolahraga, menulis dan berbicara sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diam dan berdamai

15 Oktober 2025   18:36 Diperbarui: 15 Oktober 2025   18:36 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

bahwa tidak semua awan harus menetap

Air mata jatuh jadi doa yang tenang,

tak lagi kutahan pada genggaman kosong.

Hilang bukan berarti hancur,

kadang justru membuka ruang baru.

Kini kuletakkan beban di jalan waktu,

melepasmu tanpa lagi menoleh.

Merelekan bukan tanda kalah,

tapi keberanian memilih damai."

Dan di malam yang sunyi itu, aku menutup buku harianku. Di luar, hujan kembali turun. Tidak lagi terasa sendu, melainkan menenangkan. Karena kali ini, ia tahu:

Setelah semua yang berlalu, ia akhirnya berdamai dengan rasa rindu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun