bahwa tidak semua awan harus menetap
Air mata jatuh jadi doa yang tenang,
tak lagi kutahan pada genggaman kosong.
Hilang bukan berarti hancur,
kadang justru membuka ruang baru.
Kini kuletakkan beban di jalan waktu,
melepasmu tanpa lagi menoleh.
Merelekan bukan tanda kalah,
tapi keberanian memilih damai."
Dan di malam yang sunyi itu, aku menutup buku harianku. Di luar, hujan kembali turun. Tidak lagi terasa sendu, melainkan menenangkan. Karena kali ini, ia tahu:
Setelah semua yang berlalu, ia akhirnya berdamai dengan rasa rindu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!