Namun kenyataan berkata lain. Saat hasil pengumuman keluar, Nara dinyatakan lulus seleksi, sementara ia tidak.
Aku terdiam lama di depan layar ponsel sore itu, membaca pesan selamat darinya. Aku ingin mengirim pesan, tapi bingung harus menulis apa. Akhirnya aku hanya menulis, "semangat ya gii" dia pun membalas dengan kalimat sederhana, "siapp".
Mereka berdua masih sering saling berkabar walaupun hanya sebatas basa basi. Hingga suatu hari, sebelum benar-benar berpisah, kita menyempatkan untuk berolahraga bersama bersama teman-teman lama. Hari itu, tawa mereka pecah tanpa beban. Menceritakan berbagai hal yang telah dialami semasa putih abu-abu, entah suka maupun duka yang sudah terlalui. Setelah berolahraga, mereka semua makan siang di rumahku. Suasana hangat itu membuatku menyadari satu hal --- kadang, kebahagiaan bukan datang dari memiliki, tapi dari kesempatan untuk berbagi waktu bersama seseorang yang kita sayangi.Hari itu terasa seperti potongan kecil kebahagiaan yang dikirim semesta --- singkat, tapi cukup untuk disimpan selamanya. Setelah hari itu, mereka berdua semakin dekat. Namun kedekatan itu perlahan memudar seiring berjalannya waktu. Dia akhirnya diterima di universitas lain, di kota yang sama tetapi terasa sangat jauh. Kini, komunikasi mereka hanya sesekali --- lewat pesan singkat atau interaksi kecil disebuah aplikasi, sekadar tanda bahwa keduanya masih ada, walau sudah jauh.
Malam-malam kini terasa sunyi, tapi tidak lagi sesakit dulu. Ia sudah belajar melepaskan tanpa membenci, mencintai tanpa berharap kembali. Dia tetap menjadi sosok istimewa di hatinya, tapi bukan lagi pusat dari semesta kecil yang dulu ia ciptakan sendiri.
Kini, di depan cermin, ia menatap wajahnya sendiri. Ada senyum yang baru --- senyum dari seseorang yang telah berani melewati cinta yang tak pernah selesai.
Hatinya kini kosong, tapi tenang. Kosong bukan karena kehilangan, melainkan karena telah membersihkannya dari harapan yang tak pasti.
Ia menulis di buku hariannya, kalimat yang menjadi pengingat setiap kali rindu itu datang kembali:
"Beberapa orang datang bukan untuk tinggal, tapi untuk mengajarkan bagaimana cara mencintai tanpa kehilangan diri sendiri
Ada yang pergi tanpa sempat terikat
meninggalkan sunyi di antara detak
Namun aku belajar dari langit luas