Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Seniman - Belajar menulis

Mencoba belajar dengan hati-hati, seorang yang berkecimpung di beberapa seni, Tari (kuda lumping), tetaer, sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membujuk Setangkai Kertas di Mata Maria

25 November 2020   08:07 Diperbarui: 25 November 2020   16:18 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hari ini atas nama angkatan prodi PBSI. Saya gadis pendiam yang terpaksa melepaskan benangnya agar bisa dan sangat begitu bisa. Saya sangat merindukan bagaimana kertas menjadi puisi paling kritis. Cinta pada hal-hal perasaan. Kedamaian usai suara ombak menepi, lantunan lagu kemesraan menemani, pelukan persaudaraan melindungi."

Setibanya Maria ia menyimpan air mata ;

Kertas 18
Kuncup mimpi
Kecup arti
Aku merindukan hangat setiap arti

Kertas 18
Kau cinta paling utuh
Tempat berteduh
Selain pulang kembali ke rumah

Kertas 18
Kau karya paling puitis
Setiap napas
Mengagumimu dalam dekap yang tak terlepas

Kertas 18
Mencintaimu setulus hati
Sepenuh mati
Kau tak terganti

Maria menulis puisi itu lalu mematikan pelita di jantung malam. Tak ada lagi cerita selain dari jendela nirwana. Aku dengar ia berbisik pelan ; "Titip dan tiup lilin dari sini. Aku mencintai kalian semua."

Lalu lagi itu tak lari dan dimarahi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun