Kamu sebut aku sebagai Buto Cakil, gambaran rakyat kecil yang selalu berada di garis paling depan tunduk dan jadi korban demi kedaulatan kekuasaan. Tapi, kematianku tak boleh menjadi takdir kesia-siaan, karena aku dihadirkan sebagai hadiah.
Aku, anugerah dan pengingat agar Indonesia harus menjaga persatuan dalam keberagaman.
Pertiwi tidak boleh lalai pada diriku. Apa pun alasannya, kemerdekaan tak boleh membiarkan bengisnya kesombongan, kejinya kebodohan merajalela dan melenyapkan persatuan Indonesia.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!