Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Seniman - Belajar menulis

Mencoba belajar dengan hati-hati, seorang yang berkecimpung di beberapa seni, Tari (kuda lumping), tetaer, sastra.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Teruntuk Nona yang Berjuluk Ainul Hidayah

18 Oktober 2020   18:56 Diperbarui: 18 Oktober 2020   18:58 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul 01:15 WIB tengah malam. maaf nona, namamu telah menjadi bahan perbincanganku dengan Tuhan. Perihal bayanganmu yang beberapa akhir ini selalu menghantui.

Dan mulai malam itu juga, terciptalah untaian aksaraku tentangmu. Kau ingin membacanya?

Seperti ini.

//
Ainul Hidayah, kini sakramen khayal membasuh aku dengan penuh seri. Membangkit semburan hasrat yang tersekat dalam angan sehingga membongkar tirai hati untuk mengatakan bahwa aku mencintaimu dengan penuh rasa kagum.

Ainul, barangkali engkau adalah wanita yang kemarin bersenggama di hati ini kala malam tiba,
Sehingga puing-puing kenangan kembali bergelora dalam darah yang mengalir dan mengguyur tubuh hingga tak terukur. Aku sekarang melihat dengan lihai, tubuhmu.

Sebab eloknya itu adalah aset terseksi milikmu. Perihal puisi indah yang tak pernah habis dicipta, juga dirimu perihal syair paling anggun. Sehingga tak ada perhatian lain selain mata menikmati erangan irama rentetan yang penuh pesona

Ainul tersayang....
Seusai pertemuan pertama saat merah fajar menggambar langit. Nafsuku berkabut menguasai jiwa, bahkan rinai cinta kini datang menghujam dengan penuh sejuk. Lalu mengalir dan membendung memenuhi akalku.

Disini, aku menjulur lidah menapaki tepian waktu Mencoba mengungkapkan segala rasa. Dan aku ingin memilikimu secara utuh, sembari menunggu saat yang tepat.

//
Ainul Hidayah, andai saja khayal akan asmara setara perbuatan. Barangkali kita adalah pasangan terserasi sepanjang sejarah manusia. Sebab pesona cinta yang berdiam dan bergetar debar dalam kalbu selalu berkecamuk riang.

Dan bila engkau terima aku menjadi belahan jiwamu. Aku akan menyusun strategi, biar malam-malam kita nanti selalu dibarengi kisah kasih bernuansa romansa. Dan bila kita melalui hari-hari, Aku akan selalu membelai rambutmu yang ombak itu. Dengan penuh cinta dan kasih sayang. Mencumbumu sampai mabuk agar menghapus seribu resahmu.
_______________
Seperti Nona, sekali lagi aku memohon maaf. Jika diam-diam aku mempunyai rasa tentangmu.

Aku tak sedang merayumu. Tapi ini ungkapan hatiku. Jika kau merasa risih, maaf aku akan mundur secara perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun