Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Warganet Sinis Komentari Bencana Banjir China?

1 Agustus 2021   14:25 Diperbarui: 1 Agustus 2021   20:24 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Three Gorges dam is discharging flood. Yichang City, Hubei Province, China, July 2. (Costfoto/Barcroft Media via Getty Images) 

Kehidupan manusia terkait ekosistim terdiri dari dua sisi yaitu bagaimana memanfaatkan alam agar manusia bisa bertahan dan bagaimana menjaga keseimbangan alam agar alam memberi manfaat berkesinambungan.

Namun alam bisa melakukan proses evolusi dan kembali ke titik awal meskipun dalam proses tersebut menimbulkan bencana alam yang berimplikasi kerusakan terhadap makhluk di sekitarnya terutama manusia.

Terkait peristiwa berncana alam (banjir) yang melanda Eropa barat (terutama Jerman) telah memperlihatkan pada manusia  suasana banjir akibat perubahan cuaca dan pengrusakan eksosistem yang tak pernah terlihat oleh kita sebelumnya. 

Melalui aneka berita, gambar dan viedeo kita dapat ikut merasakan getaran dahsyatnya sebuah bencana alam beberapa saat sebelum atau sedang terjadi seperti liputan Tsunami Jepang 2013 dan banjir Eropa barat terutama Jerman pada 2021.

Hal yang sama juga terjadi di negara lain seperti banjir di Australia, AS dan China dalam siklus berkelanjutan di bulan Juli 2021.

Namun ada yang terasa ganjil dalam hal warga menanggapi bencana alam sedang terjadi. Meskipun sama-sama dilanda bencana alam dan sama-sama mengalami kerusakan alam dalam waktu hampir bersamaan para netizen lebih sadis menyikapi banjir di China.

Aneka video banjir di Eropa terutama Jerman hampir tidak ditemukan komentar pedas netizen terutama dari dalam negeri. Komentar yang muncul umumnya bernada simpati ikut merasakan kepedihan sebagaimana juga pernah terjadi di berbagai lokasi di Indonesia.

Tapi komentar-komentar pedas banyak tertuju pada banjir yang terjadi di China. (Tidak pantas ditulis kembali di sini).

Beberapa video di youtube juga membuat judul yang bernada tidak empati dengan frase "azab." 

Sekadar melukiskan secara singkat warga mengomentari bencana banjir di China akibat kesombongan, keserakahan, melawan kekuatan alam, merusak alam dan beberapa frase sejenis itu.

Sebuah portal berita menuliskan tanggapan netizen di beberapa media sosial yang juga menyebut peristwa itu sebagai azab karena telah menyebarkan virus corona.

Jelas tidak tepat memberi komentar atau memposting tulisan bernada tidak berempati pada sebuah tempat yang sedang terjadi bencana alam karena secara ilmiah bencana alam itu terjadi sebagaimna disebutkan di awal artikel ini (di atas).

Sekadar mengingatkan, bahwa alam itu menjaga dirinya membentuk keseimbangannya sendiri melalui beberap proses.

Manusia telah diberi akal dan pikiran bagaimana cara mengeksploitasi dan mengeksporasi alam guna meneruskan kehidupan yang lebih baik tapi juga diberi akal bagaimana agar tidak merusak alam.

Pembuatan Dam atau bendungan Tiga Ngarai memang kontroversial sejak awal pembuatan pada 1994 karena diperkirakan merusak ekosistem dan pemindahan penduduk hampir 2 juta orang pada saat itu.

Namun apa yang terjadi di China dan di berbagai lokasi lainnya karena rusaknya alam dan tingginya curah hujan juga bisa terjadi di manapun di permukaan bumi ini. Jadi tak pantas memberi statemen yang tidak bersahabat bahkan tidak manusiawi.

Secara ilmiah dan ilmu pengetahaun bencana bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan pada siapapun terutama pada wilayah-wilayah yang mengalami eksploitasi alam secara ekstrim.

Sekadar ulangan sekilas tentang banjir China 2021.

Sebuah kerusakan serius terlihat pada awal Juli 2020 di bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia "Tiga Ngarai" di atas sungai Yangtze di desa Sandauping, provinsi Hubei (ibukotanya Wuhan). 

Ketika itu pejabat China menepis kerusakan itu sebagai sesuatu yang parah guna menghindari terjadinya kegelisahan dalam masyarakat. Sumber : ini.

Akhirnya pada 18 Juli 2021 pemerintah China mengakuinya dan memperlihatkan langkah pencegahan sedang dilakukan di sana guna meminimalisir risiko.

Pada 21 Juli 2021 sebuah titik kemiringan di bendungan ini menyebabkan bagian itu ambruk sehingga menyemburkan air ke sungai di bawahnya dalam volume debit air tidak terhitung jumlahnya melintasi desa-desa hingga kota antara provinsi Hubei dan Henan.

Di sisi lain, perubahan cuaca dan iklim, curah hujan sangat ekstrim sedang terjadi terutama di kota Zhengzhou, (ibukota provinsi Henan) ikut memperparah kekuatiran warga diantara ke dua provinsi di atas.

Topan In-fa yang menggelayut kelabu di atas langit dua provinsi tersebut tidak saja mendorong air hujan tapi  juga mendorong angin berkecpatan tinggi disertai petir menggetarkan. Suasananya mencekam, benar-benar terasa seperti sejumlah warga terperangkap dalam kereta api di stasiun bawah tanah, Zhengshou.

Menurut banyak sumber mengatakan curah hujan tahun lalu (2020) telah turun hanya dalam 3 jam di sekitar provinsi Henan terutama ibukota Zhengzhou dan sekitarnya.

Jelas sekali ancaman dari langit (hujan) dan luapan air dari sungai Yangtze telah membuat warga China di kota-kota atau desa sekitar bendungan menjadi korban bencana alam terburuk, katanya dalam 1000 (seribu) tahun terakhir. 

Terlepas bagaimana membuktikan klaim 10 abad atau 1000 tahun faktanya memang banjir di China terutama melanda provinsi Hubei san provinsi Henan tempat berlokasinya bendungan Tiga Ngarai atau Three Gorges Dam hingga mencapai sungai Huangpu membanjiri kota Shanghai terjadi sangat dahsyat.

Semoga warga China yang terdampak banjir kini sudah menata kembali kehidupannya. Tentu saja peristiwa ini dapat menjadi"pelajaran" bagi kita semua.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun