Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Percaya Diri Saja Tidak Cukup, Butuh Komitmen untuk Indonesia 2030

25 Juni 2020   16:38 Diperbarui: 26 Juni 2020   17:50 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi. Sumber: suara.com. Diedit dan tambahkan oleh penulis

Jika itu berjalan mulus dari sektor ini saja Indonesia bakal memperoleh 450 miliar dollar pada 2030 saja.

Kebutuhan sangat menyolok lainnya adalah energi (listrik, bahan bakar dan gas). Pada 2030 Indonesia Indonesia hanya mampu memenuhi 20% kebutuhan energinya sendiri melalui batubara, panas bumi, eneri air dan minyak bumi. 

Jika Indonesia mampu menemukan sumber energi baru dan energi terbarukan maka Indonesia akan bisa menjadi raksasa ekonomi di bidang energi untuk ekspor. Nilai ekspor lebih tinggi daripada untuk konsumsi dalam negeri.

Seiring dengan berhasilnya dua bidang diatas dari hulu ke hilir maka aktivitas menuntut peranan sumber daya semakin meningkat. Kebutuhan akan tenaga kerja dan persyaratan administrasi dan prosedurnya semakin tinggi.

Jika pemerintah dapat menyiapkan deregulasi, izin dan pajak ataupun segala sesuatu yang bersifat mudah tapi tidak menjadi semacam senjata membunuh diri sendiri maka potensi dari kebutuhan jasa adalah sebuah industri baru yang sangat besar nilainya pada 2030 nanti.

Mungkin itu sebabnya banyak peneliti ekonomi dan pengamat memperkirakan Indonesia bakal menjadi salah satu negara 10 besar raksasa ekonomi dunia pada 2030 nanti. 

Jika itu terjadi Australia (negara lembaga survei tersebut) justru TIDAK termasuk di dalamnya meskipun kaya  dan SDA-nya berlimpah saat ini. Salah satu ekspektasi tersebut disebutkan oleh visual capitalist.com dalam edisi 27 Maret 2019 lalu sebagai berikut :

Sumber: visualcapitalist.com
Sumber: visualcapitalist.com
Apa yang menyebabkan Australia tidak termasuk dalam 10 besar negara raksasa ekonomi dunia pada 2030 nanti? Mungkinkah cadangannya telah terkuras akibat perambahan yang  terstruktur, sistematis dan masif (TSM) hingga lebih cepat langka, tak tahulah sebabnya karena masih perlu kajian mendalam.

Tapi itu semua masih dalam bentuk estimasi, prediksi berdasarkan ekspektasi ekonomi. Faktanya akan berbicara nanti. Padahal fakta yang sedang berbicara saat ini memperlihatkan Australia adalah negara maju dan memiliki cadangan SDA berlimpah, melebihi Indonesia dalam beberapa bidang.

Analisis dan survei di atas tentu saja tidak mewakili gambaran orang Australia dan juga pasti tidak mencerminkan kejadian sesungguhnya pada negara Indonesia dan pemimpinnya, jadi tak perlu khawatir. Sama halnya jangan khawatir dengan survei dilakukan sebuah lembaga yang mengatakan pada 2030 nanti (katanya) Indonesia akan bubar.

Jadi presiden harus percaya diri bahwa negaranya akan bisa bangkit. Pandemi corona bukan akhir segalanya. Untuk mencapai itu Jokowi musti konsisten dalam banyak hal. diantaranya menjauhkan diri dan pemerintahannya (menteri-menterinya) dari pengaruh partai politik manapun, cegah korupsi dan konsisten untuk pertumbuhan ekonomi.

abanggeutanyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun