Mohon tunggu...
MamikSriSupadmi
MamikSriSupadmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Anggota Bank Sampah Desa. Anggota Fatayat Muslimat NU Ranting

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mental Kuat Saja, Apakah Cukup untuk Mengadu Nasib di Jakarta?

15 April 2024   13:06 Diperbarui: 15 April 2024   13:21 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ke Jakarta aku kan kembali, walaupun apa yang kan terjadi. Disana rumahku, dalam kabut biru.... (KoesPlus).

Bagaimana perasaan kalian semua setiap mendengar lirik lagu ini terdengar merdu dinyanyikan? Bagi pendatang lama yang sudah matang asam garam dalam mengadu nasib diJakarta barangkali terlalu dalam lirik lagu ini mewakili banyak cerita. 

Sedangkan bagi yang ingin mengadu nasib ke Jakarta, apa yang selintas terbersit dalam pikiran? Barangkali saat musim mudik Lebaran yang kemarin sudah berlalu, pesona mobil mobil plat B nan gagah dan nilai nominal saweran bagi bagi angpau dari mereka memukau mata Anda. 

Seribu dia ribu rupiah mencari laba dikampung halaman seperti tidak sebanding dengan mudahnya kaum pemudik mengulurkan limaribu rupiah untuk membayar uang parkir tanpa kembalian. Iya, barangkali kaum urban yang ingin menyusul peruntungan dan mencoba mengadu nasib terpesona oleh bayangan kemudahan  mengais Rupiah diJakarta. 

Boleh boleh saja mencoba mwngadu nasib diJajarta, sama halnya dengan boleh boleh saja tetap bertahan dikampung halaman apabila melihat potensi daerah sendiri yang belum banyak dikembangkan. Modal mental yang kuat memang perlu untuk bertarung di lahan persaingan kerja manapun. 

Ditempat asal saya sudah bukan rahasia lagi apabila ingin merantau keJakarta tentu harus beserta dengan rombongan teman temannya sesama tenaga kerja proyek bangunan. 

Keahlian dan skill mumpuni serta tenaga kuat adalah modal utama untuk ikut dalam rombongan tenaga kerja proyek bangunan yang banyak dibutuhkan di Jakarta lebih tepatnya Jabodetabek area. 

Tempat berteduh dan beristirahat sekedarnya saat bekerja tidak masalah selama mereka punya komunitas yang banyak. Tenaga kerja untuk warung makan khusus pekerja proyek juga biasa satu paket saat berangkat bersama sama lagi u tuk mengadu nasib di Jakarta. 

Yah inilah pekerjaan KKN alias nepotisme tetapi tidak menyogok uang dalam jumlah yang besar. Mengapa? Karena benar benar tenaga kerja mereka harus sudah punya kemampuan yang layak untuk ikut bekerja , begadang lembur dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun