Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bus Umum Termewah Aceh, Boleh Rasakan Sensasinya

15 April 2014   22:19 Diperbarui: 5 Juni 2019   06:44 40892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sitem pendingin dalam kabin lebih merata karena semburan AC tidak semata-mata dari lubang AC di atas kepala penumpang, melainkan dari arah depan dan belakang dan dari bawah lantai sehingga meski penumpang mematikan (tutup) ventilasi AC di atas kepalanya tidak mempengaruhi kesejukan lebih merata dalam bus.

Selimut tebal yang wangi dan bantal yang bersih mengiringi penumpang satu persatu terlelap dalam tidurnya masing-masing.

Tidak ada orang  bersuara keras-keras, juga tidak ada suara musik yang diputar dengan suara keras, apalagi orang yang hilir mudik digang karena semuanya ingin menikmati ketenangan dan kenyamanan dalam perjalan panjang malam itu.

Ketika bus menembus kecepatan 100 km/ jam, sistem kendali bus tersebut secara otomatis menurunkan ketinggian bodinya lebih ke bawah sehingga bus tidak melayang. Cengkaraman bus yang melaju kencang membuat posisi bus terasa stabil dan memberi kenyamanan pada penumpang.

Saat menikung dengan kecepatan tinggi pun posisi kendaraan tersebut sangat nyaman karena sistim kesimbangan yang berada di bawah chasisnya memainkan peranan menyeimbangkan secara otomatis ketinggian posisi chasis sebelah kiri dengan yang sebelah kanan secara cepat dan kembali normal secara cepat.

Sistem pengereman juga dapat dihandalkan. Pada posisi 80 km/jam dan tiba-tiba dihadapan bis ada kendaraan yang mendadak mengerem pada jarak 20 meter, pengereman tanpa berderit apalagi roda terkunci tidak menyentak penumpang sehingga penumpang tetap merasa nyaman.

Tidak tahu jam berapa penulis mulai terlelap, setelah pukul 5 pagi penulis yang duduk tepat di belakang sopir terbangun dari tidur dan melihat posisi sudah berada di gunung Seulawah (desa Sare, lokasi sejuk di puncak Seulawah). Penumpang dipersilahkan turun untuk melaksanakan shalat Subuh.

Pukul 05.30 perjalanan dilanjutkan menuju ke Banda Aceh sekitar 70 kilometer dalam tanjakan dan turunan dengan tikungan tajam dan patah.

Matahari mulai menampakkan dirinya di ufuk timur. Di jalanan basah oleh embun pagi di kaki Seulawah, bus tersebut trengginas berkelabat, melahap tikungan demi tikungan dengan nyaman  pada kecepatan 15 rpm (100 Km/jam).

Selepas gunung Seulawah, bus itu kembali memperlihatkan "keperkasaannya" seperti pada trak sebelumnya  dengan menembus kecepatan 150 km/jam tanpa perlu bersusah payah. Meski spedometer telah mentok (kandas) ternyata ia masih "menyimpan" cadangan kecepatannya hingga 200 Km per jam. (Sayang sekali, penulis tidak jadi memasukkan gambar lainnya pada kecepatan melebihi 150 km/jam dalam tulisan ini karena pengambilan gambar dengan hape BB goyang sehingga tidak menghasilkan kualitas gambar yang bagus).

Sistem porsnelingnya sangat halus tanpa hentakan mengatur 6 kecepatan (tidak termasuk gigi mundur) menempuh perjalanan panjang secara cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun