Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Money

Menganalisa Penelitian CSIS, Siapa di Balik Mafia Indonesia?

19 Juni 2012   17:17 Diperbarui: 6 Juli 2019   22:24 3995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi Mafia. Sumber :pedomannews.com

Siapakah Mafioso negeri kita?

Tapi apakah tolok ukurnya hanya sebatas anggota DPR yang semakin hari memang terlihat wujud semakin tidak menentu? Apakah hanya orang DPR yang menjadi simbol mafia yang disampaikan oleh Kristiadi? Sayangnya Kris tidak memberikan atau membeberkan beberapa paradigma atau parameter lainnya sehingga dapat menjeneralisasikan negara Inondesia sama dengan negeri Mafia.

Kristiadi mungkin lupa atau sengaja tidak mengaitkan pada parameter lainnya, tapi sebetulnya memang ada sejumlah fenomena bernuansa Mafia lainnya yang bergelayut di atas bumi negeri ini. Sebut saja para begundal yang terlibat dalamMafia Sepakbola, Mafia Ujian, Mafia Pajak, Mafia Hukum, Mafia Anggaran, Mafia Tiket Penerbangan dan sebagainya memang ditemukan istilah "Mafia" pada hampir setiap sendi kehidupan.

Lihatlah  fenomena mafia pada segmen lainnya. Kerjasama Kartel dalam berbagai bidang dan sendi ekonomi kita. Mereka juga telah menguasai perekonomian dan membuat kebijakan khusus dalam jaringan yang amat rapi dan bergerak secara legal.

Lihat juga jaringan lainnya mulai dari pengadaan onderdil kendaraan bermotor sampai pada urusan Handphone dan kebutuhan pokok pun telah ada jaringan kartel yang memayungi dan mengambil kontrol  kebijakan ekonomi negeri ini ketimbang pemerintah  yang berkompeten itu sendiri.

Jadi siapakah yang dimaksud oleh Kristiadi sebagai Mafioso? Apakah rakyat Indonesia seluruhnya ataukah segelintir orang yang terorganisir yang mengikis pemberdayaan masyarakat dan pemerintah yang sehat dan dinamis sehingga  menjadi seperti kerbau yang ditusuk hidungnya dan terpaksa harus mengikuti perintah dan bekerja untuk kepentingan "bos" nya.


Di sisi lain, sebagian bangsa Indonesia lainnya meskipun miskin dan melarat tetap bangga dan punya nurani yang tidak bisa dikalahkan oleh apapun untuk mendiskreditkan bangsanya sendiri apalagi membayarnya dengan sejumlah harga sehingga tega mengorbankan jatidirinya sebagai bangsa Indonesia.

Sebagian orang lain boleh mengatakan ini dan itu serta pandangan bertendesni minor tentang betapa nistanya bangsa ini. Betapa hancurnya negeri ini akibat perbuatan para biadab. Belum lagi kerap kita temukan sejumlah tulisan berisi tentang sumpah serapah yang membuat telinga dan mata  seperti tertusuk sangat sakit.

Diakui pasti diantara saudara kita yang miskin dan melarat sekalipun masih  ada yang mampu bertahan dari sendi-sendi dan pecahan dinding dan fondasi yang mulai retak-retak. Karena mereka yakin bahwa untuk menjadi bangsa yang besar memang haruslah menjalani masa dan siklus penuh dengan duri termasuk penistaan, hinaan dan cacian oleh dan dari sesama bangsanya sendiri. Bahkan kadang harus merelakan harga dirinya terinjak dan tercabik oleh arogansi kekuatan lain yang menginginkan negeri ini tinggal sejarah dana nama saja, karena ia tak mampu berbuat apa-apa.

Mari kita berkaca dari pernyataan Kristiadi. Akankah negeri ini akan terbawa dan tenggelam menjadi negeri Mafioso ataukah itu sekadar pernyataan perumpamaan atas kegetirannya melihat sekelompok para politikus yang tersengat penyakit Skizofrenia, yaitu semacam penyakit jiwa yang menghinggapi siapapun yang sulit disembuhkan karena tenggelam dalam keasikannya sendiri yaitu senang dengan kesalahannya dan terlalu khawatir atau phobia dengan orang lain.

Gejala yang mudah terlihat dari penderita Skizofrenia antara lain adalah  menduga semua orang menjadi musuh, tak ada yang diyakininya selain berdebat dan berdebat hingga dengan cara mengelabui pun terasa asik dan  menyenangkan. Ironisnya perasaan tersebut diterima oleh nuraninya yang mengatakan perbuatannya itu sangat benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun