Mohon tunggu...
Aan Zaputra
Aan Zaputra Mohon Tunggu... Pemburu dan peramu.

Membaca gejala, literatur serta menulis. Adalah makanan bagi rohani.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Upaya Membaca Siri na Pesse menggunakan Kacamata Sigmund Freud

4 Maret 2025   03:38 Diperbarui: 27 Maret 2025   02:16 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arsip/dokumentasi lama etnis Bugis-Makassar (Sumber Foto: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI)

Bugis-Makassar merupakan etnis besar yang berada di tempat asal saya, Sulawesi Selatan. Masyarakat Bugis-Makassar, kendati lebih dikenal sebagai pelaut ulung yang gemar melakukan diaspora ke berbagai daerah maupun negeri untuk berdagang, mereka sejatinya seorang petani, selaras dengan yang ditulis Christian Pelras di dalam bukunya, "Manusia Bugis". Pelras adalah seorang etnologi asal Prancis yang puluhan tahun meneliti Sulawesi Selatan.

Etnis Bugis-Makassar memiliki banyak uraian prinsip hidup di dalam pranata sosialnya. Salah satu yang santer terdengar di Sulawesi Selatan, yaitu "Siri' na Pesse" dalam bahasa Bugis, "Siri' na Pacce" dalam bahasa Makassar. Yang keduanya bermakna sama, "Siri'" berarti harga diri atau rasa malu, sedangkan "Pesse"/"Pacce" berarti empati.

Namun, beretnis Bugis-Makassar belum tentu berarti memahami secara komprehensif maksud dari nilai tersebut. Saya masih kerap merasakan semacam kejanggalan dalam menyaksikan fenomena seseorang dalam memahami nilai tersebut, yang lantas ia wujudkan melalui tindakan. Tak sedikit orang se-etnis saya yang mengatasnamakan Siri' sebagai motif atau perwujudan tindakannya, yang tampak mereduksi maksud Siri' ini menjadi sekadar reaksi temperamental, mudah berang oleh sebab yang sepele, atau dalam istilahnya "sumbu pendek". Pesse atau rasa empati, alih-alih berfungsi sebagai penyeimbang nilai Siri' ini, malah menjadi pudar akibat Siri' yang direduksi menjadi arogansi semata. 

Nilai Seorang Manusia Bugis-Makassar

Sebagai seorang laki-laki Bugis, saya kerap kali diajarkan soal keutamaan nilai Siri' na Pesse oleh keluarga di dalam proses tumbuh kembang saya menuju dewasa. Bahwa Siri' na Pesse sebagai landasan gerak yang penting bagi seorang manusia Bugis-Makassar. 

Siri' na Pesse, yang merupakan keseimbangan antara harga diri/rasa malu, dengan rasa empati inilah yang kemudian mendefinisikan manusia Bugis-Makassar atau sebagaimana dalam bahasa Bugis-Makassar disebut: "Tau" atau "To", yang berarti manusia. 

Siri' atau harga diri seorang manusia Bugis-Makassar, sebagaimana seorang manusia, tentu saja mesti diperlakukan secara manusiawi melalui Pesse atau empati milik orang lain, agar ia merasa bernilai dan punya Siri'. Begitu pula Pesse yang perannya mesti hadir sebab sebagai penyeimbang nilai Siri'. Mencegahnya agar tak jatuh pada arogansi, sumbu pendek serta megalomania. 

Namun, yang saya pahami di sini, bahwa bukan Pesse-lah yang membuat seseorang jadi punya Siri' atau harga diri. Melainkan harga diri sudah mesti dipupuk sedari dini sebagai bekal dalam menjadi manusia dewasa dan sebagaimana patutnya kita punya nilai sebagai seseorang manusia. Kendati harga diri ini pula turut terbentuk seiring perilaku atau usaha-usaha kita, dalam menjalankan sebuah komitmen, atau dalam memperlakukan orang lain, misalnya. Yang akan menjadi prinsip, pegangan hidup atau semacam landasan gerak agar terhindar dari objek kesewenang-wenangan, kecenderungan ikut arus, tak berpendirian atau jatuh menjadi sekadar kerumunan massa. Begitu pula dengan Pesse atau empati ini. 

Untuk memahami lebih jauh konsep Siri' na Pesse, nilai tersebut pula bisa diurai menjadi "Sulapa' Eppa'" (segi empat). Empat nilai penting yang pula turut menjadi sebuah idealisme dalam memandang manusia Bugis-Makassar, yaitu: warani (berani), macca (cerdas), sugi (kaya), lempu (jujur).

Sulapa' Eppa' ini pula masih bisa diurai lagi menjadi sebelas nilai penting: alempureng (kejujuran), amaccang (kecendekiawanan), asitinajang (kepatutan), agettengeng (keteguhan), reso' (usaha), siri' (Harga diri/malu), awaraningeng (keprawiraan), asabbarakang (kesabaran), asugireng (kekayaan) sipatuo (saling menghidupi), sipatokkong (saling membangun).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun