Selama ini saya meyakini bahwa Membaca Surat Al Waqiah fadhilahnya adalah mendapatkan kekayaan. Demikian yang saya dapat dari ustadz atau dari Kitab yang saya baca dulu yaitu 'Talimul Muta'alim'. Ada bab yang menjelaskan keutamaan membaca Surat Al Waqiah yaitu kekayaan. Tetapi yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah kekayaan apa ? Berupa harta atau berupa hal lain ? Saya terlanjur mendefinisikan kekayaan adalah banyaknya harta. Padahal bisajadi ada definisi lain. Sudut pandang lain, bukan ?
Rasa penasaran itu kemudian membawa saya ke tulisan atau teks riwayat hadits siapa yang mengamalkan hadits itu. Kalau itu sahabat yang kaya raya hartanya semacam Abu Baqar atau Ustman bisajadi memang definisi kaya disini berupa harta tetapi kalau yang mengamalkan hadits itu sahabat yang miskin hartanya berarti definsi tentang kaya itu bukan soal harta.
Abdullah bin Mas'ud dari penjelasan para ulama mufassirin, sahabat ahli tafsir itupun membuka sebuah rahasia. Bahwa ia telah mengajarkan satu amalan yang pernah diajarkan Rasulullah kepadanya. Ketika sakit menjelang wafat Abdullah bin Mas'ud berkata : "Apakah Amirul Mukminin takut putra-putraku miskin? Mereka sudah kusuruh membaca surat Waqiah setiap malam," ucapnya kepada Khalifah Usman bin Affan
Ia kemudian menyampaikan sabda Rasulullah yang pernah didengarnya. Membaca surat Waqiah di malam hari, insyaAllah dijauhkan dari kemiskinan. Â Khalifah Utsman bin Affan bermaksud memberi harta kepada Abdullah bin Mas'ud untuk puta-putranya, namun ditolak. Karena Ia tidak khawatir menderita kemiskinan. Ia kemudian menyampaikan sabda Rasulullah yang pernah didengarnya yang artinya: "Barangsiapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, dia tidak akan menderita kemiskinan selama-lamanya." (HR. Abu Ya'la dan Ibnu Asakir).
Yang mengamalkan ternyata adalah Abdullah bin Mas' ud dan anak -- anaknya. Sahabat yang tidak kaya raya hartanya. Sahabat yang miskin hartanya tetapi sangat zuhud dan terkenal sebagai Ahli Quran sampai -- sampai Rosululloh Bersabda : " Ambilah al-Quran dari empat orang: Abdullah, Salim (sahaya Abu Hudzaifah), Muadz bin Jabal dan Ubay bin Ka'ab". Menurut para ahli hadits, kalau disebutkan "Abdullah" saja, yang dimaksudkan adalah Abdullah bin Mas'ud.
Jika kita kembali ke Kisah Abdullah bin Mas'ud dan Khalifah Ustman bin Affan bisa kita temukan bahwa definisi kekayaan di kisah itu adalah ia tidak khawatir menderita kemiskinan dan bukan soal harta sebab ketika diberi harta itu ditolak. Â
Maka jika kita cari hadits tentang kekayaan bisa kita temukan lewat Riwayat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda  :  "Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kaya hati." (HR. al-Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 2417) Rasulullah juga bersabda dalam hadits Abu Sa'id al-Khudri : "Siapa yang menampakkan kecukupan niscaya Allah akan membuatnya kaya." (HR. al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 1745)
Dari kisah itu saya menemukan hikmah bahwa kekayaan sesungguhnya adalah ketika kita merasa cukup dengan Pemberian Allah. Kita mensyukuri segala pemberiannya. Tetapi rasa cukup disini bukan berarti kita tidak boleh kaya harta. Andai kita miskin  teladanilah Abdullah bin Mas'ud agar kita tetap bisa bahagia dan bersyukur dan jika kita memiliki banyak harta teladanilah Khalifah Usman bin Affan yang dengan hartanya itu ia menjadi penolong perjuangan Islam. Betapa indahnya kehidupan orang Soleh.
Jika ia miskin, kemiskinannya tidak membuat ia dengki karena kekayaan sesungguhnya adalah kaya hati ( merasa cukup dengan Pemberian Allah ). Jika ia kaya harta, kekayaannya tidak membuat ia terlena karena kekayaannya akan ia dayagunakan untuk kemaslahatan Umat.