Kemudian berfirman Allah Azza wa Jalla : Wahai Jibril, pergilah pada Muhammad ( padahal Tuhanmu lebih mengetahui ) tanyakan padanya, Apa yang mengakibatkan ia menangis dan mengucurkan air mata ? Jibril lalu mendatangi Nabi Muhammad SAW. Jibril bertanya kepada Nabi maka Nabi Muhammad SAW memberitahukannya apa yang dikatakannya, padahal Ia lebih tahu. Maka Allah berfirman: "Wahai Jibril, pergilah kepada Muhammad, katakan padanya : "Sesungguhnya Kami akan meridhaimu dan umatmu dan Kami tidak akan mencelakakanmu". (HR Muslim , No: 346).
Para hadirin yang dimuliakan Allah. Sungguh beruntung kita menjadi umatnya Nabi Muhammad SAW. Kita akan dibela oleh Nabi kelak di hari kiamat. Mudah-mudahan kita semua mendapatkan syafaat dari beliau. Amiin. Ayo perbanyak sholawat sebagai bukti mahabah kita ke Nabi. Ayo Sholawat. Allahummasholi ala muhammad."
Seluruh yang hadir serentak melantunkan sholawat. Suasana menjadi khusyu dan hangat. Dan tidak terasa satu setengah jam berlalu. Acara harus selesai. Para hadirin mulai pulang ke rumah masing -- masing. Panitia sibuk menata kembali kursi -- kursi dan membersihkan tempat acara dari sisa -- sisa sampah. Ustadz Rasyid juga pulang ke rumahnya. Semua bergembira malam ini.
Sampai di rumah Ustadz Rasyid lelah dan tertidur, beliau bermimpi didatangi suara tanpa rupa. Entah apa suara itu. Suara misterius.
"Wahai Rasyid. Kau sekarang berbaris di barisan terakhir! Tahukah kau! Aku sekarang sangat -- sangat ingin bertemu dengan para panitia acara itu. Orang -- orang yang ikut iuran dan menyukseskan acara itu. Yang rela berkorban harta dan jiwanya demi suksesnya acara itu. Mereka berstatus 'memberi'. Mereka sampai kelelahan dan kurang tidur demi suksesnya acara itu. Mereka membuktikan mahabah dan cinta kepada Nabinya. Mereka bahkan ada yang rela menunda keinginan duniawinya lalu membeli pakaian dan wewangian terbaik hanya demi ingin terlihat sopan dan rapi dihadapan Nabinya. Mereka ingin membuktikan cintanya dengan cara seperti itu. Bahkan sebagian dana acara diambil dari kas masjid yang kebanyakan itu hasil infaq para warga. Aku sangat ingin bertemu mereka. Memberi salam kepada mereka. Bangga kepada mereka. Sedangkan kau Wahai Rasyid! Disaat yang lain sibuk memberi. Sibuk berkorban harta dan jiwa. Kau malah sibuk ingin menerima. Sibuk hitung-hitungan bayaran pengajian. Tidakkah kau malu kepada Nabimu. Harusnya kau yang berjuang paling banyak ! Harusnya kau yang mengeluarkan uang paling banyak ! Harusnya kau juga mengadakan acara maulid dan kau menyumbang atau berkorban paling banyak! Camkan itu!"
Ustadz Rasyid terbangun dari mimpinya. Tatapannya kosong dan lemah. Nafasnya tersengal-sengal. Beliau kemudian menangis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI