Mohon tunggu...
Aafajar
Aafajar Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Pembelajar Yang Tidak Pernah Pintar (email : aafajaroke@gmail. com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berubah

5 September 2018   04:25 Diperbarui: 5 September 2018   04:26 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Setiap kita tentu ingin berubah keadaan nya, dari yang tidak sesuai dengan keinginan menjadi sesuai dengan apa yang di inginkan. Hanya orang - orang yang tertutup hati nya yang tidak ingin berubah. Biasanya tertutup oleh rasa malas, nikmat rutinitas dan gengsi.

Perubahan merupakan keniscayaan. Dan perubahan dunia terjadi dengan cepat. Tidak ada yang dapat membendung, hanya orang - orang yang badung (red : susah diatur/nakal) hatinya yang membendung perubahan dengan ego nya, alias lebih memilih tersingkir dari pada menyesuaikan.

Sulit memang untuk berubah. Terutama berubah dari kebiasaan yang sudah ber tahun - tahun dilakukan. Tidak sedikit rintangan yang menghadang sepanjang jalan menuju perubahan. Minimal, memperlambat jalannya agar tak tersasar, ini pun sudah pasti banyak yang mengklaksoni, menteriaki agar berjalan cepat.

Perubahan memang seperti mengemudikan mobil. Sang sopir berusaha menempuh jalan - jalan lain dikarenakan jalan yang biasa dilalui sudah penuh dengan kendaraan, sehingga jarak tempuhnya menjadi lebih lama dari waktu sebelum nya.

Pada jalan yang baru dilalui tentu banyak  ketidak pastian, bisa lebih cepat dari jalan yang biasa dilalui atau sebalik nya. Bisa aman dari begal, atau tidak aman. Dan yang pasti ia harus lebih hati - hati membawa kendaraan nya, karena jika terlalu cepat bisa jadi jalan yang harus dilalui bisa terlewat. Terlalu pelan pun, berisiko diklaksoni kendaraan dibelakang nya.

Berubah memang tidak mudah. Namun bisa jadi mudah jika berubah saat keadaan mudah, belum banyak rintangan. Misal, ingin merubah aspek kesehatan diri.

Mengubah aspek ini mudah ketika tubuh tidak sedang sakit. Jika sedang sakit, sulit, karena tubuh sedang bertarung terhadap penyakit. Sementara merubah pola hidup, pola makan untuk memperoleh aspek kesehatan yang berkualitas diperlukan waktu tidak sebentar untuk tubuh beradaptasi.

Seperti orang yang tidak sakit yang berlatih menjalankan pola hidup baru, pola makan baru yang sehat, menu baru yang alami, akan mengalami kondisi tubuh yang tidak nyaman. 

Tubuh nya beradaptasi, otak nya memprogram ulang, organ - organ dalam tubuh nya berusaha menyesuaikan. Keadaan itu biasanya ditandai dengan aksi tubuh, bisa buang - buang air, kepala pusing, tangan kesemutan, badan lemas, jantung berdebar, timbul bercak hitam, keringat dingin dan sebagai nya sesuai keadaan tubuh nya. Teman - teman digrup sehat yang saya ikuti menyebut keadaan tersebut dengan Healing Crisis (HC).

Maka bisa diperkirakan orang yang sedang sakit, sedang dalam perawatan medis, menjalankan program perubahan menu makan, waktu makan, pola tidur guna memperoleh kesehatan tubuh yang baik. Bisa saja, tapi ia akan mengalami kesulitan dua kali lipat dari orang yang sehat. Yang baik untuk nya adalah sembuhkan dahulu sakitnya, setelah sembuh, barulah jalankan program sehat yang di inginkannya.

Begitu juga dengan institusi, organisasi atau perusahaan, melakukan perubahan yang tepat adalah bukan saat terjadi krisis, atau di ambang kebangkrutan. Melainkan saat posisi di atas atau stabil lah waktu yang tepat untuk berubah, melakukan inovasi - inovasi sesuai perubahan keadaan diluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun