"Puisi ibu Sukmawati memang kontroversial. Apalagi di tengah masyarakat  yang sedang mengalami gairah Islamisme demikian kuat. Saya menduga,  Sukmawati hanya ingin mengatakan bahwa kita ber-Indonesia itu harus  utuh, tidak mempertentangkan antara agama dan kebudayaan," kata Yaqut  kepada detikcom, Selasa (3/4/2018).
"Menggunakan azan sebagai pembanding langgam kidung tentu bukan pilihan diksi yang baik," imbuhnya.
"Saya berharap, jika memang puisi Sukmawati dianggap keliru, para kiai turun tangan,  panggil Sukmawati, nasihati, dan berikan bimbingan. Bukan buru-buru  melaporkan ke polisi. Langkah ini, menurut hemat GP Ansor, akan lebih  bijaksana dan efektif meredam kegaduhan-kegaduhan yang tidak perlu,"  ucap Yaqut.
***
Emang beda banget kualitas cara bersikap antara orang yang benar-benar ber ilmu dan memiliki kecerdasan dengan yang hanya bermodalkan jidat bathuk gosong dan rambut jagung nempel di dagu plus celana kebanjiran, hehehehe
Salam Indonesia yang damai dan cerdas !!!
Salam Gantheng Selalu dari kecebong NdesoOo.
AAA^NhuzQ