Dari beberapa tulisan saya tentang dunia olahraga, kini saya coba membuka tabir dari sisi gelapnya dunia kerja di Indonesia. Bagaimana tidak, dalam kondisi sekarang ini potret pengangguran di Indonesia begitu terasa nyata dan sangat signifikan perkembangannya. Mulai dari lowongan kerja yang tidak merata, sistem job fair yang dianggap hanya sebagai formalitas semata, hingga PHK atau Pemutusan Hubungan Kerja yang mulai terjadi dibeberapa perusahaan.
Fakta yang sungguh sangat ironi, terlebih lagi dalam situasi sekarang banyak anak-anak generasi z atau gen z yang mengalami hal seperti ini, ditambah lagi biaya hidup yang semakin hari semakin mahal dan siklus ekonomi yang tidak menentu. Terkadang ada yang sampai rela menggunakan jasa pinjol alias pinjaman online, meski sudah tahu resiko dan dampak negatifnya.
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial baru-baru ini, para pelamar kerja yang jumlahnya ribuan sedang mengantri di sebuah perusahaan toko kosmetik di Cianjur Jawa Barat. Dari informasi yang beredar, lowongan pekerjaan hanya dikhususkan untuk 50 orang. Dan yang lebih mirisnya lagi bahkan ada yang berasal dari luar daerah dan sudah ikut mengantri sejak pukul 6 pagi WIB yang dimana jam operasional toko saja belum dibuka.
Begitu juga dengan yang terjadi di sebuah daerah di Tangerang Banten, terdapat sebuah toko mie ramen yang baru saja dibuka, dan terdapat ribuan orang yang mengantri dan bahkan ada yang sudah ikut antri sejak jam 5 pagi WIB agar demi bisa mendapat pekerjaan. Â Namun sayangnya, dari informasi yang beredar, lowongan pekerjaan hanya dikhususkan untuk 100 orang pertama dengan seleksi dan pertimbangan tertentu.
Dan faktanya memang yang terkadang dari kita, khususnya anak-anak gen z yang lebih mengutamakan gengsi, memilih-milah pekerjaan, ingin langsung mendapatkan gaji besar, dan tidak mau belajar atau berproses. Inilah yang seharusnya bisa dilawan dan setidaknya kita akan memiliki harapan yang lebih baik.
Jika ditilik dari sudut ekonomi, faktanya banyak anak-anak kaum milenial maupun gen z banyak yang sewa rumah hingga mengontrak rumah dengan harga yang juga tidak murah. Misalnya saja dari satu harga sewa yang bisa ditaksir seharga 1,6 juta hingga 2 juta rupiah. Belum lagi jika mereka ingin membeli kebutuhan sehari-hari seperti beras, air mineral, sayur mayur, lauk pauk, termasuk dari kebutuhan lainnya seperti pulsa maupun paket data internet.
Terlebih lagi dengan kondisi sekarang yang dimana hampir semuanya juga haus akan media sosial, yang hobinya dikit-dikt scroll, main game online, dan inilah kita dituntut untuk lebih bijak dan selektif agar tidak salah langkah dan bisa menjadi lebih baik.
Sementara itu menurut BPS atau Badan Pusat Statistik sebagai catatan, tingkat pengangguran nasional untuk semua umur per Februari 2025 adalah 4,76% dari 153,05 juta angkatan kerja atau 7,26 juta. Selain itu menurut data dari Good Stats, Indonesia sendiri menempati posisi tujuh dengan angka pengangguran tertinggi di dunia hingga per bulan Juni 2025.
Termasuk yang pernah saya alami, betapa sulitnya kesini-kesana untuk mencari pekerjaan bahkan hampir putus asa. Belum lagi yang terkadang terpaksa pinjam alias berhutang kepada teman. Karena jika kita ingin pinjam uang ke saudara, terkadang bukan dapat pinjaman, namun justru hanya omongan yang tidak mengenakan dan akan hanya membuat kita semakin sakit hati mendengarnya.
Menjadi pengangguran memang tidak enak, pengalaman kerja saja tidaklah cukup. Saya sendiri juga terus belajar dan tentunya dengan kondisi sekarang saya patut bersyukur karena masih bisa bekerja. Meski tidak sebesar penghasilan teman-teman saya diluar sana, setidaknya kini kehidupan saya menjadi lebih baik.
Dari sisi pemerintah sudah seharusnya bisa lebih bijak dalam menerapkan kebijakan, dengan tentunya bisa menciptakan lapangan kerja yang lebih memadai dan juga merata untuk semua, kemudian yang katanya 19 juta lapangan kerja untuk situasi sekarang sepertinya masih angan-angan saja. Tetap semangat buat kita semua.
Demikian tulisan saya ini, saya Irfan Maulana terima kasih dan salam hangat untuk kita semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI