Saya tengah buang hajat ketika pengeras suara di Stasiun Yogyakarta memberitahukan bahwa Commuter Line yang kami ditunggu-tunggu telah tiba. Tidak bisa santai seperti ketika naik Commuter Line di Jabodetabek, commuterline Jogja-Solo menghadirkan rasa panik yang tak berkesudahan. Bagaimana tidak, jadwal kedatangan kereta berkisar antara 1 hingga 2 jam sekali. Kalau sampai ketinggalan artinya kami harus menunggu selama satu hingga dua jam lagi.
Padahal kami sudah menunggu lumayan lama tapi kereta yang kami tunggu tak kunjung tiba juga, eee...giliran ke toliet keretanya malah datang. Rasanya keberuntungan belum berpihak kepada kami.
Belum usai kegiatan di dalam toilet, saya sudah mendengar info tambahan dari announcer "mohon untuk tidak memasakkan diri kalau kereta sudah penuh, silakan menunggu dan naik ke kereta berikutnya." Tambah paniklah saya. Dalam hati membatin, artinya sekalipun saya keluar dengan tergesa-gesa sepertinya tak akan bisa masuk  sudah penuh dan sesak seperti kata si embak-embak announcer.
Tapi kala itu kepanikan jauh lebih lihai ketimbang logika yang telah saya susun. Saya memaksa diri untuk keluar dari toilet dengan terburu-buru. Rupanya pintu Commuter Line masih terbuka, saya dan suami pun berlarian mengejar pintu yang jaraknya paling dekat.
Huufft....kami berhasil masuk ke dalam kereta, memilih berdiri di dekat pintu sembari mengatur napas yang tak beraturan. Saya menyapu pandang ke arah sekitar. "Apanya yang penuh dan sesak" batin saya. "Ini mah kategorinya luang". Meski kami tak kebagian tempat duduk tapi kami masih bisa berdiri dengan leluasa bahkan berfoto ria.
Rupanya kategori penuh dan sesak yang dimaksud berbeda dengan "penuh-sesaknya" kereta arah Manggarai di jam kerja. Saya merasa geli sendiri. Itulah pertama kalinya saya menjajal Commuter Line rute Jogja - Solo saat libur nataru, tepat pada tanggal 25 Desember 2024 lalu.
Sebuah pengalaman untuk menuntaskan rasa penasaran yang selama ini saya pendam. Seperti apa ya rasanya naik Commuter Line Jogja - Solo? Apakah sama saja dengan Commuter Line di Jabodetabek?
Sebenarnya secara garis besar banyak kesamaan di antara keduanya seperti sistem check in dan kartu yang dipakai kurang lebih sama. Meski begitu ada beberapa hal yang membedakan di antaranya kereta yang dipakai Commuter Line Jogja Solo lebih baru. Interiornya mirip perpaduan antara Commuter Line dan LRT.
Pegangannya lebih pendek berwarna kuning serta ada aksen warna merah serta batik baik di bagian dalam maupun luar kereta. Yah, bisa saja kereta lain berbeda tapi kereta yang saya naiki tergambar demikian.