Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Putus Paling Elegan ala "Descendants of The Sun"

17 Februari 2020   20:14 Diperbarui: 17 Februari 2020   20:23 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber :unsplash.com/@yoannboyer

Kapten Yoo Shi Jin : "Aku adalah seorang tentara. Tentara harus mengikuti perintah. Terkadang apa yang aku anggap baik itu tidak dianggap baik oleh orang lain. Meski begitu, aku harus tetap menjalankan perintah. Selama ini aku sudah kehilangan 3 kawan selama menjalankan perintah. Alasan kami melakukan apa yang kami lakukan karena itu adalah kewajiban. Aku dan juga keluargaku, kamu dan juga keluargamu dan semua orang yang kita sayangi. Aku percaya bahwa aku berjuang untuk perdamaian dan kebebasan tanah air kita."

Dr. Kang Mo Yeon : "Aku adalah seorang dokter. Aku percaya kehidupan itu suci dan tak ada hal yang bisa menggoyahkannya. Maaf, sepertinya hubungan ini tdak bisa berjalan lancar."

Begitulah cuplikan dialog putus hubungan antara Dr. Kang dan Kapten Yoo dalam drama Korea Descendants of The Sun. Kang Mo Yeon yang seorang dokter dan kapten Yoo Shi Jin yang seorang kapten pasukan khusus memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan karena prinsip profesi mereka yang tak sejalan.  

Meski di ending mereka akhirnya kembali bersama, namun cara mereka putus pada awal hubungan sangatlah elegan. Tidak ada orang ketiga ataupun emosional yang membuat keduanya menyerah, yang ada adalah kesadaran bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan.

Seperti kata @sindiranabadi, "merelakan bukan berarti menyerah. Tapi menyadari bahwa ada hal yang tidak dapat dipaksakan."

Tidak setiap hubungan bisa putus secara elegan. Banyak dari mereka justru berakhir pada kemarahan dan dendam satu sama lain. Sementara putus secara elegan diperlukan sebuah kedewasaan di antara keduanya. Sama-sama mengerti kesulitan yang dihadapi dan sama-sama menerima konsekuesi serta keputusan yang diambil dengan lapang dada.

Membicarakan hal ini saya jadi ingat tetang masa lalu. Saat ketika harus melepaskan seseorang karena merasa tidak pantas dan ingin orang tersebut mendapatkan orang lain yang lebih baik.

Cerita berawal ketika saya pernah menyakiti hati seseorang hingga orang tersebut depresi. Dari kabar orang-orang sekitar, butuh waktu bertahun-tahun untuknya terbebas dari rasa sakit yang ia rasakan.

Tahun berganti dan saya pun beranjak dewasa, tidak hanya dari segi umur tapi juga acara berpikir dan bersikap. Sejak itu saya teringat kesalahan masa lalu, menyakiti dan memutuskan orang tanpa sebab yang jelas.

Karena merasa bersalah, akhirnya saya menghubunginya kembali dengan harapan bisa menjalin hubungan meski sekadar pertemanan. Saya berharap ia tak menyimpan benci agar saya juga bisa melanjutkan hidup dengan tenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun