Mohon tunggu...
Ire Rosana Ullail
Ire Rosana Ullail Mohon Tunggu... Administrasi - irero

Content Writer | Sosial Budaya | Travel | Humaniora | Lifestyle | Bisnis | Sastra | Book Sniffer | Bibliophile | Bibliomania | Tsundoku | email : irerosana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami Pilihan

Surau

30 Mei 2018   22:49 Diperbarui: 31 Mei 2018   08:55 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/NWFFAIR

Kepindahan membuat Bambang banyak berpikir, di satu sisi ia merasa bahagia karena tak akan ada lagi desas-desus bahwa ayahnya pengikut aliran sesat seperti yang sering lewat di telinganya. Tapi di sisi lain, ia masih tak bisa melepas ingatan mengaji di surau bersama teman-temannya.

Langkah Bambang semakin mendekati kerumunan. Ke-6 temannya menoleh menyadari kehadirannya kecuali Rudi yang masih beradu argumen. Setelah menyadari keheningan di antara teman-temannya barulah Rudi menghentikan ucapannya.

"Bambang...," ucap Zahra lirih.

"Bambang?" Lanjut Tarji heran, diikuti yang lain.

"Pak.." orang suruhan Bambang memberi tanda hormat begitu menyadari kehadirannya.

Bambang mengangguk kecil.

Suasana hening sejenak. Ke-7 orang yang tadi ramai menjadi senyap, berusaha menyusus banyak potongan puzzle, tentang 25 tahun silam, tentang orang-orang tegap yang sedari tadi mereka ajak berdebat dan memanggil Bambang dengan sebutan "Pak.."

Panggilan itu bagi ke-7 orang itu tidak hanya sekadar panggilan. Lebih jauh, itu mengartikan bahwa Bambang adalah orang di balik proyek penghancuran surau mereka. Surau mereka akan rata dengan tanah bukan oleh seorang Bambang biasa. Ini adalah Bambang yang juga pernah memiliki surau mereka, Bambang yang menghabiskan masa-masa sorenya bersama mereka. Bambang yang adalah bagian dari surau itu sendiri.

"Saya sudah berusaha menjelaskan Pak, bahwa Bapak ingin mengubah surau tersebut, tapi..."

"O....jadi kamu orang yang membawa buldoser itu? Nggak nyangka ya saya....." suara Rudi meninggi.

"Rudi...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun