Mohon tunggu...
Tri Haryanto
Tri Haryanto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Tulisen Opo sing neng pikir kan latimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Umar Bakri Abad 21

23 Januari 2021   22:38 Diperbarui: 5 Februari 2021   13:22 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar dari https://www.freepik.com/

Dingin malam menusuk tulang
Kain selimut tebal tak mampu membenteng
Sampai rasa kantukpun pergi terusir dinginya malam
Membuat angan membelah angkasa
Membuka telinga mendengar setiap bisikan alam

Terdengar sayup-sayup lantunan suara fals
Menembus dinding kamar tempat merabah
Suara fals dari Iwan Fals
Bercerita tentang Umar Bakri
Sosok Guru Senderha Pengajar Ilmu Pasti
Empat puluh tahun mengabdi
Mendidik anak negeri
Guru jujur bebakti
Walau makan hati

Umar Bakri guru bersepeda kumbang
Yang cipatkan menteri
Profesor
Dokter
Insiyur
Tapi gajinya sedikit bak dikebiri

Lantunan tembang Iwan Fals tak hanya
Memembus diding kamarku
Lebih dari itu
Merobek-robek
Menyayat-nyayat hatiku
Aku seorang guru
Guru jaman now
Guru abad 21
Adakah jiwa Umar Bakri ada dalam
Lerung  hatiku
Dan teman-temanku guru

Umar Bakri....oh Umar Bakri
Kami sama denganmu
Mengabdi untuk anak negeri
Mendidik anak bangsa
Hingga muncul menteri, profersor, dokter, insiyur
Didikkan kami
Kami bangga ini semua, sebagaimana engkau bangga
Kami habiskan umur untuk ini, sebagaimana engkau habiskan

Umar Bakri...oh Umar Bakri
Tapi ini yang membuat
Hati tersayat-sayat
Hati terobek-robek
Gaji kami besar, gaji mu kecil bak terkebiri
Tapi Kau tetap jujur dan  semangat mengabdi
Gaji besar kami tak menjamin kejujuran dan semangat sepertimu
Bahkan kami tak cukup dimanjakan dengan gaji, suapan sertfikasi
Mempertebal kantong kami
Tapi apakah tebalnya kantong akan membuat kami jujur dan semangat
Tak tahu kami harus menjawab
Atau tak mau tahu kami harus menjawab

Umar Bakri...oh Umar Bakri
Kau cukupkan dengan sepeda buntut
Berselempang tas hitam dari kulit buaya
Dibuka hari dengan kopi yang selalu terasa nikmat
Dengan semangat Kau pergi ke sekolah
Walau berat mendidik anak bangsa
Walau sulit menghadapi tingkah laku mereka
Engkau jalani dengan sederhan dan kecukupan

Umar Bakri...oh Umar Bakri
Betapa tersayat-sayat, terobek-robek hati
Kami sekarang sudah tidak ada yang bersepada buntut
Kami naik motor, bahkan naik mobil
Berselempang tas yang bermerk, bahkan berharga puluhan juta
Membuka hari dengan berbagi menu sarapan
Gaji yang banyak ditambah setifikasi
Banyak diantara kami tidak merasa cukup
Justru semakin banyak tanggungan di bank
Di awal bulan tinggal menerimas slip gaji
Atau tinggal sedikit, cukup awal bulan

Akirnya...
Harus berpikir menutup kebutuhan
Harus berpikir mencari pekerjaan lain
Tugas mengajar terbengkalai
Tugas mendidik terlupakan
Waktu kerja terkorupsi

Ternyata
 Banyak gaji dan tunjangan
Tak menjamin menjadikan diri kami
Sebagai Umar bakri abad 21

Sukoharjo, 23/1/2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun