Mohon tunggu...
Ni Kadek Angelina Devita Sari
Ni Kadek Angelina Devita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya senang menjelajahi tempat baru

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Reinkarnasi dalam Agama Hindu

5 Mei 2025   07:36 Diperbarui: 5 Mei 2025   06:36 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Reinkarnasi dalam bahasa Inggris reincarnate yang berarti kelahiran kembali. Dalam Bahasa Sansekerta dikenal dengan nama Punarbhava atau Samsara. Punarbhawa berasal dari dua kata, yaitu "puna" dan "bhava". Puna berarti "lagi" atau "kembali". Sedangkan bhava berarti "kehidupan" atau "wujud". Jadi punarbhava secara harfiah memiliki arti terlahir kembali atau kelahiran kembali.

Reinkarnasi atau kelahiran kembali dalam agama Hindu adalah bagian dari lingkaran kehidupan. Lingkaran kehidupan yang wajib dijalani, yaitu karma, samsara, dan moksha. Karma merupakan hukum sebab akhibat dari semua tindakan kita sebagai manusia. Samsara merupakan siklus kelahiran kembali yang terus menerus dan dipengaruhi oleh karma di kehidupan sebelumnya, karena setelah manusia meninggal jiwa atau atman tidak mati, tetapi akan terlahir kembali membawa karma yang melekat pada jiwa tersebut. Moksha merupakan tujuan utama dari umat agama Hindu, yaitu atman bersatu kembali dengan Paramatman (Tuhan Yang Maha Esa). Moksha hanya bisa dicapai jika atman sudah terbebas dari siklus kelahiran kembali dan penderitaan yang dipengaruhi oleh karmanya semasih hidup. 

Punarbhawa atau reinkarnasi menjadi kesempatan kepada atman untuk memperbaiki karma buruk dan mencapai kesempurnaan. Sudah seharusnya kita bersyukur terlahir kembali sebagai manusia, sebab dalam agama Hindu disebut terlahir sebagai wujud manusia merupakan hal yang sangat disyukuri. Manusia memiliki tiga hal sebagai kategori makhluk utama, yaitu sabda, bayu, dan idep. Sabda berarti memiliki kemampuan menghasilkan bunyi atau berbicara, bayu berarti memiliki kemampuan untuk bergerak, dan idep yang berarti memiliki kemampuan untuk berfikir. Dalam ajaran agama Hindu ketiga hal ini disebut Tri Pramana. Dikutip dari buku Mengabdi Lewat Kata, Eddy Supriyadinata Gorda (2021: 14), Tri Pramana adalah tiga kekuatan hidup untuk mengetahui dan meyakini sesuatu. Kekuatan inilah yang hanya dimiliki manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Guru suci dari India, Bhagavan Satya Narayana, menjelaskan bahwa hanya manusialah yang dapat mencapai Surga Loka dan bahkan mampu bersatu dengan Hyang Maha Esa. Makhluk hidup lainnya harus bisa bereinkarnasi menjadi manusia barulah mereka dapat mencapai surga. Manusia memiliki kemampuan berpikir, berkata, dan bertindak. Kemampuan berpikir inilah yang menjadikan manusia memiliki kesempatan jauh lebih besar untuk memperbaiki diri dari karma buruk terdahulu. 

Dalam Kitab Sarasamuccaya, sloka 2 dijelaskan: Manusah sarvabhutesu varttate vai subhasubhe. Asubhesu samavistam subhesvevavakarayet. Artinya: Di antara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah, yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun perbuatan buruk; leburlah ke dalam perbuatan baik, segala perbuatan buruk itu; demikianlah guna (pahalanya) menjadi manusia. Sloka Sarasamuccaya ini menunjukkan dengan jelas bahwa setiap manusia memiliki kemampuan untuk melakukan perbuatan baik maupun buruk. Untuk mencapai kehidupan yang harmonis, hendaknya kita senantiasa mengutamakan tindakan-tindakan yang positif, serta menggunakan pikiran (idep), ucapan (sabda), dan tenaga (bayu) secara bijaksana dan tepat. Di zaman sekarang ini, rasa kemanusiaan kita sebagai ciptaan paling mulia dari Tuhan Yang Maha Esa sedang diuji. Ada banyak cara untuk menunjukkan kepedulian terhadap sesama, seperti memberikan bantuan secara langsung maupun mendoakan dengan tulus kepada Tuhan agar para korban bencana diberikan kesehatan dan kekuatan. Ajaran Hindu menekankan pentingnya memahami hakikat manusia melalui konsep Tat Tvam Asi, yang mengajarkan bahwa aku, kamu, dan dia sejatinya adalah satu kesatuan jiwa---yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk membangun kesadaran ini, manusia perlu mengembangkan lima prinsip dasar dalam kehidupan, yaitu: Satya (berpegang pada kebenaran), Dharma (menjalankan kebajikan), Santih (mewujudkan kedamaian), Prema (menumbuhkan kasih sayang), dan Ahimsa (menghindari kekerasan). Jika kelima nilai ini diterapkan dengan sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari, maka keharmonisan dan kesejahteraan akan terwujud secara nyata.

Dijelaskan secara mendalam dalam berbagai sloka suci, termasuk dalam kitab Sarasamuccaya dan Bhagavad Gita. Punarbhawa terjadi karena Jiwatman (roh individu) masih terikat pada kesenangan duniawi dan belum mampu melepaskan dirinya dari pengaruh kenikmatan yang bersifat material. Keadaan ini menyebabkan Atman tetap diliputi oleh awidya (kebodohan spiritual), yang menjauhkan dirinya dari penyatuan dengan Brahman, sumber segala kehidupan dan hakikat tertinggi dalam ajaran Hindu.

Sebagaimana disebutkan dalam Bhagavad Gita (IV.5):

"Sribhagavan uvacha, bahuni me vyatitani, janmani tava cha 'rjuna, tani aham veda sarvani, na tvam parantapa."

Artinya: Tuhan bersabda, telah banyak kelahiran-Ku di masa lampau, demikian juga engkau, Arjuna. Semuanya Aku ketahui, tetapi engkau tidak. Sloka ini menunjukkan bahwa Tuhan mengetahui semua proses kelahiran dan kehidupan, sedangkan manusia seringkali tidak menyadari perjalanan jiwanya sendiri akibat keterbatasan kesadaran. Ketika Atman masih terbungkus oleh tubuh halus (suksma sarira) dan wasana atau bekas-bekas perbuatan duniawi, maka ia cenderung mengalami kelahiran berulang. Wasana adalah semacam bekas memori dari perbuatan masa lalu, baik positif maupun negatif, yang tersimpan dalam Jiwatman dan memengaruhi kecenderungan dan arah kelahiran selanjutnya.

Dalam Sarasamuccaya sloka 7 ditegaskan:

"Karmabhumiriya brahman, phalabhumirasau mata iha yat kurate karma tat, paratrobhujyate."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun