Pendahuluan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong manusia untuk terus beradaptasi dengan perubahan. Adaptasi ini dilakukan pada seluruh aspek kehidupan, salah satunya yakni aspek pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh individu sehingga ia dapat meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup serta sekitarnya.Â
Setiap negara di dunia memiliki sistem pendidikan masing-masing yang dirancang dan diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didiknya. Indonesia sebagai salah satu negara yang menyelenggarakan pendidikan juga memiliki sistem pendidikannya tersendiri.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia mulai dari perencanaan hingga evaluasi tercakup di dalam kurikulum. Setelah beberapa kali melakukan pergantian kurikulum, saat ini Indonesia menerapkan kurikulum merdeka.
Melalui kurikulum ini sekolah dan guru diberikan kebebasan untuk dapat merancang pembelajaran dengan menyesuaikan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta lingkungan sekitar peserta didik. Selain itu, saat ini kurikulum merdeka juga diintergasikan dengan pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning).
Penerapan kurikulum merdeka ini tentunya tidak lepas dari tujuan pendidikan nasional yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pendidikan. Tujuan pendidikan inilah yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan serta evaluasinya. Tujuan pendidikan dirancang dengan memperhatikan landasan filosofis yang kokoh.
Landasan filosofis yang dimaksud yakni tujuan filsafat pendidikan yang mencakup dimensi inspiratif, preskriptif, dan investigatif yang menjadi pijakan penting (Kristiawan, 2016). Dengan memahami ketiga tujuan filsafat pendidikan ini, guru dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara lebih efektif sehingga pembelajaran tidak hanya mentransfer konsep, tetapi juga membentuk karakter ilmiah dan literasi sains peserta didik.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum merdeka yang dirancang untuk memberikan kebebasan sekolah dan guru dalam merancang pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik, tetapi pada implementasinya proses pembelajaran masih berlangsung dengan berorientasi pada penyampaian materi dan berfokus pada nilai akhir saja.
Peserta didik lebih banyak menghafal materi pembelajaran dibandingkan dengan membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini menyebabkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik belum berkembang dengan optimal. Kondisi ini menunjukkan bahwa diperlukan landasan filosofis yang jelas dan kuat untuk mendukung proses pembelajaran. Landasan filosofis yang dimaksud yakni filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan filsafat terapan atau aplikasi dari metode dan hasil berpikir filsafat umum dalam rangka memecahkan masalah-masalah pendidikan, maka adanya berbagai aliran di didalam filsafat umum mengimplementasikan adanya berbagai aliran pula di dalam filsafat pendidikan (Rachlan, 2019).