Serasa bukan skuad dan permainan Argentina yang dulu saya kenal. Tim yang menyumbangkan trophy pada klub mereka masing-masing dibuat tidak berdaya oleh Kroasia yang kelasnya masih jauh dibawah Argentina. Permainan yang tidak padu, permainan yang berantakan. Benarkah ini permainan Argentina yang paling buruk sepanjang gelaran Piala Dunia yang mereka ikuti?.
Sekalipun terdapat blunder, untuk tim sekelas Argentina, harusnya masih bisa bermain dengan bagus dan tetap mengendalikan tempo permainan dengan meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang sering mereka lakukan, terlebh sepanjang babak kedua berlangsung.
Kutukan Penalty
Dengan begitu semakin mengukuhkan stigma seorang Leonel Messi yang hanya hebat diklub, hanya bersinar diklub, klub kesayangan Leonel Messi, Barcelona di La Liga, Spanyol.
Saya mengamati permainan Argentina tidak sekedar buruk, namun asas-asas fair play sudah mulai dilanggar. Rasa frustasi dan ketidak jelasan permainan selama pertandingan selepas gol blunder Willy Caballero membuat segalanya berubah, gusar dan cenderung kasar.
Hujan kartu pun tidak bisa dihindari, pelanggaran demi pelanggaran yang seharusnya tidak dibuat dan tidak perlu dilakukan, terus dipertontonkan oleh para skuad La Albiceleste yang sudah mulai frustasi. Dimana gerangan sang maestro, jendral lapangan yang senantiasa memberikan kejutan disetiap pertandingan yang Messi jalani di Barcelona, dalam kompetisi bola La Liga, Spanyol.
Leonel Messi serasa cuman bisa tertunduk lesu, melihat rekan-rekan setim menjadi eksploitasi kepiawaian permainan skuad Kroasia yang dimotori Luca Modric. Hingga sikap arogan yang dipertontonkan sang pelatih, Jorge Sampaoli yang harus terganjar kartu kuning, karena sikap arogansi berbuat kasar dan memprotes berlebihan keputusan wasit.
Begitu juga dengan pemain-pemain yang duduk dibangku cadangan, cuman bisa menonton dan tertunduk lesu tanpa bisa melakukan upaya apa-apa menyaksikan rekan-rekan setim nasional mereka dilibas permainan "cantik" hasil padu padan sang kapten Luca Modric beserta sang partner, Ivan Rakitik.
Luca Modric dan Ivan Rakitik secara bergantian berkontribusi meyumbangkan masing-masing satu gol pada menit ke-80' dan 90+1 sebagai pengganda kemenangan mereka yang sekaligus membentuk laju jalan La Albiceleste semakin curam untuk bisa lolos ke fase grup D.
Jalan Curam Fase Group