Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pelacur Itu Puasa dan Tarwih

25 Agustus 2010   07:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:43 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

n Sebut saja namaku Si Ana sebab mereka memanggilku begitu saja bukan nama sebenarnya, tapi aku menyukainya di kota ini aku kost di tempatnya bu Nani orangnya murah hati dan selalu melindungi. Ketika Ramadhan tiba, aku selalu minta pada bu Nani "Bangunkan aku untuk makan sahur, bu!" Ia mengangguk sambil tersenyum. "Aku akan berpuasa." kataku lebih lanjut. Semua orang di sini sudah tahu pekerjaanku seorang wanita tuna susila kata halusnya seorang pelacur katanya mencibir ketika tahu aku akan berpuasa, mereka tersentak aku dianggap hanya bercanda saja. Apakah aku bersalah mengungkapkan hati nurani? Apakah iman Islamku tidak dihargai? Ia menundukkan kepala dengan berurai airmata. Dalam tarwih hari pertama batinnya bergolak, nuraninya sukar dibaca tatapan mata curiga menghujam dirinya ia hanya bisa menangis dalam sujudnya sorot sinis terus mengguyurnya. Hari berikutnya ia sudah tidak berpuasa begitu juga teman-teman seprofesinya mereka tidak bisa menjawabnya ada istilah PUASA KEPALA dan PUASA BUNTUT barangkali itu yang dilakukannya, puasa kutu loncat. "Sebagai orang yang beriman," begitu ucap seorang Kyai Haji. "Mereka mungkin ingin melakukan ibadah, tapi karena iman mereka lemah, mereka lebih memilih meneruskan profesinya ketimbang sholat dan berpuasa." Si Ana dan teman-temannya tak memahaminya yang ada di kepala mereka Lebaran segera tiba saat mudik kembali ke desa bertemu sanak saudara yang tak tahu pekerjaan mereka untuk itu dibutuhkan uang uang yang tidak sedikit. Tradisi lebaran bergelimang angan-angan tradisi lebaran mengejar harapan materi mengalahkan keinginan ibadah puasa ditinggalkan. Hanya bekerja sekian jam bersama lelaki hidung belang uang di tangan begitu gampang berapa lelaki harus ia goyang agar lebaran mendatang bisa riang? Si Ana sang pelacur itu adalah persoalan dari dulu ada yang membenci ada yang mencari penyakit sosial yang sukar dibasmi Pelacur-pelacur itu ingin beribadah Pelacur-pelacur itu ingin berpuasa Pelacur-pelacur itu ingin sholat tarwih Pelacur-pelacur itu hanya ingin saja....... 24.08.10 Ilustrasi foto Jap Gwan Siu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun