Mohon tunggu...
Tante Paku  A.k.a Stefanus Toni
Tante Paku A.k.a Stefanus Toni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Membaca dan menulis hanya ingin tahu kebodohanku sendiri. Karena semakin banyak membaca, akan terlihat betapa masih bodohnya aku ini. Dengan menulis aku bisa sedikit mengurangi beban itu. Salam, i love you full.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ada yang Siap Melakukan Bom Bunuh Diri Karena Dendam

5 Mei 2011   17:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:02 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://2.bp.blogspot.com/-mlZAkOQOFus/Ta67lItdW_I/AAAAAAAAARU/ZvJb57PWuf0/s320/foto-bom-cirebon.jpg

Hukum rimba itu siapa kuat dia menang, di kota pun sudah sering terjadi hukum rimba, siapa punya senjata dia menang. Kalau hukum cowboy siapa cepat cabut pistol dialah pemenangnya, hukum kethoprakan siapa cerdik pasti menang, demikian pula yang terjadi pada Ki Kebo Kenanga alias Ki Ageng Pengging, akhirnya tewas oleh Sunan Kudus. Desa Pengging geger, bela sungkawa menggelayuti langitnya, tangis terdengar di segala penjuru. Semua warganya tidak bisa terima kematian yang tragis itu menyulut demo di jalan-jalan. Bahkan ada yang salah alamat dalam demonya, sebab ada spanduk yang dibentang protes pada Amerika dan Yahudi. Para pendemo itu menganggap ada campur tangan para zionis itu dalam kematian Ki Ageng Pengging. Untung ada beberapa sesepuh yang cukup disegani menjelaskan bahwa kematiannya karena dibunuh Sunan Kudus utusan dari Demak. Setelah itu dengan kompak rakyat Pengging menghimpun solidaritas untuk balas dendam, bahkan ada yang siap untuk melakukan BOM BUNUH DIRI demi dendamnya. Utang tewas harus dibayar mampus juga, teriaknya. Pembenaran pun menjadi sah dalam urusan balas dendam ini, agama pun menjadi pendukung pembenarannya. Mereka pun mengejar Sunan Kudus cs dengan berbagai kendaraan yang ada, namun Sunan Kudus bukan tokoh sembarangan, ia adalah utusan khusus Yang Mulia Sultan Bintara, tentu cukup qualified kemampuannya. Maka, bagai Rambo Sunan Kudus mengamuk dan menghajar habis-habisan para pengejarnya. Para pengawalnya pun cukup tangkas melawannya, hingga membuat rakyat Pengging kewalahan dan kabur mundur teratur. Nyi Ageng Pengging yang masih memberi ASI putranya nampak bersedih, airmatanya tak terbendung. Kesedihannya begitu mendalam hingga berminggu-minggu lamanya, membuat badannya semakin kurus, kurus tak terurus sampai akhirnya meninggal dalam sedih yang tak tersembuhkan. Sang anak, Mas Karebet menjadi yatim piatu, hanya baby sitter yang mengasuh dan para pembantu yang masih setia pada tuannya. Tentu saja kondisi Mas Karebet tak senyaman bila diasuh oleh orangtuanya sendiri, sampai pada akhirnya datanglah janda Nyi Ageng Tingkir dan melakukan diplomasi trickle down effect agar bisa membawa Mas Karebet untuk ikut dengannya. Nyi Ageng Tingkir walau janda tapi tergolong kaya jadi untuk mengasuh Mas Karebet lebih dari cukup. Lagipula Mas Karebet memang bukan anak sembarangan yang dibikin asal ublus-ublus saja, melainkan dibikin secara simultan dan dengan intensitas serta gizi tinggi, maka Mas Karebet tumbuh menjadi bocah yang cerdas dan cukup pintar di antara anak-anak seusianya di desa Tingkir itu. Akhirnya nama Mas Karebet berubah menjadi Jaka Tingkir dengan semakin populer kepandaiannya. Dalam kenyataannya Jaka Tingkir lebih suka memilih hasil kerja otak daripada menjual tampangnya di depan kamera atau menjual tubuhnya yang atletis itu. Ia kuliah di beberapa perguruan tinggi bukan sekedar mencari titel hingga berderet mengelilingi nama aslinya, melainkan agar dirinya mampu berpikir secara logis, sistematis dan ilmiah. "Jaka tingkir anakku, sudah saatnya engkau memperdalam ilmumu ke luar negri. Kalau kamu tetap belajar di lokalan saja, mami kuatir nantinya cara berpikir kamu sangat sederhana. Soalnya cara berpikir yang sederhana hanya bisa menyelesaikan hal-hal yang BASIC saja. Mami menginginkan cara berpikirmu semakin canggih, dengan demikian kamu bisa menyelesaikan masalah yang lebih canggih pula. Tetapi ingat anakku, kamu harus menghindari jika menghadapi masalah sederhana tetapi menggunakan cara yang canggih. Hal itu jelas tidak efisien, kamu mengerti anakku?" Jaka Tingkir mengangguk. "Nah, bawalah suratku ini ke Universitas Sela, berikan pada Profesor Doktor Sela, dia sahabat papi, belajarlah dengan tuntas pada beliau," ujar sang mami lebih lanjut. (Bersambung) Cerita Sebelumnya : - Dari Nanggap Justin Bieber, Iwan Fals, sampai Seminar Seksual (Serial Joko Tingkir 1). - Kena Serangan Jantung setelah Mendengar Osama bin Laden Mati? (Serial Joko Tingkir 2). Illustrasi : majalengka.biz, petramare.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun