Solusi terhadap maraknya penggunaan motor listrik oleh anak-anak harus dimulai dari edukasi kepada orang tua melalui dialog yang membangun kesadaran, misalnya dengan analogi bahwa berkendara tanpa helm layaknya bermain skateboard dari atas atap rumah—sama-sama berisiko. Selain itu, perlu diterapkan aturan keluarga yang tegas, seperti batas usia minimal, penggunaan helm, dan pembatasan area berkendara hanya di dalam kompleks. Peran sekolah juga penting untuk memasukkan materi keselamatan berkendara sejak dini, dibarengi dengan kampanye di media sosial yang mudah dipahami anak dan remaja. Di sisi lain, regulasi seperti Permenhub No. 45 Tahun 2020 harus ditegakkan secara konsisten melalui patroli rutin di area rawan, agar keselamatan anak tak hanya jadi wacana, tetapi budaya bersama.
Kesimpulan: Praktis Tak Harus Berisiko
Motor listrik anak memang terlihat praktis dan gaya hidup yang menyenangkan. Namun, bila keselamatan menjadi taruhan, maka tren itu menjadi bahaya besar. Edukasi orang tua, penegakan aturan, dan pengawasan yang ketat adalah pondasi untuk memastikan motor listrik tak sekadar tren, tetapi bisa menjadi aman.
Karena pada akhirnya, keselamatan tidak boleh dijadikan aksesori gaya hidup yang mengancam nyawa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI